berita
Yogyakarta, Faperta UGM (29/7)- Penggunaan benih hibrida pada tanaman sayur telah banyak digunakan oleh petani secara luas dengan peningkatan produktivitas hingga 100%. Kebutuhan benih hibrida yang semakin meningkat, berpotensi untuk dikembangkan sekaligus diproduksi di Indonesia. PT BISI Internasional Tbk bersama Fakultas Pertanian UGM menjalin kerjasama dalam pengembangan teknik induksi poliploidi bawang merah (Allium cepa L. Aggregatum group). Peluang pasar yang terbuka lebar dalam perbenihan sayuran di Indonesia dapat meningkatkan produksi bawang merah dalam negeri.
Mulyantoro, Ph.D. selaku AVP HC R&D PT BISI Internasional Tbk menyampaikan maksud dan tujuan kerjasama pengembangan teknik industri poliploidi bawang merah dapat meningkatkan potensi benih unggul di Indonesia. PT Bisi Internasional Tbk telah bekerjasama dengn Faperta UGM baik dalam bidang penelitian maupun pendidikan misalnya pada tahun 2012 terdapat kerjasama tentang penyakit tanaman dan hingga saat ini telah banyak karyawan PT BISI Internasional Tbk melanjutkan studi di Faperta UGM. Dr. Jamhari, menyambut baik kerjasama yang dijalin. Beliau berharap, mahasiswa Faperta UGM dapat memanfaatkan penelitian dan ilmu tentang teknik industri poliploidi bawang merah. Penelitian induksi poliploidi umbi haploid bawang merah ini dipimpin oleh Dr. Ir. Endang Sulistyaningsih, M.Sc. Acara ini juga dihadiri oleh Wakil Dekan Bidang Penelitian, Kerjasama, dan Pengabdian kepada Masyarakat Dr. Ir. Sri Nuryani Hidayah Utami, MP., M.Sc., Kepala Unit Internasional, Kerjasama, dan Alumni, Prof. Dr. Ir. Achmadi Priyatmojo, M.Sc. dan perwakilan PT Bisi Internasional Tbk. Mir
Yogyakarta, Faperta UGM (28/7)- Ikan yang kaya nutrisi berkualitas tinggi merupakan sumber protein penting bagi masyarakat dunia. Sektor perikanan berkontribusi secara nyata dalam ketahanan pangan global, karena secara langsung menjadi sumber protein hewani, dan secara tidak langsung membuka lapangan pekerjaan. Jumlah masyarakat nelayan dan pembudidaya ikan dunia mencapai 58,272 juta orang, yang mana 84,16% tinggal di Asia.
Pandemi COVID-19 berdampak pada sektor perikanan global, sebagaimana dilaporkan oleh FAO dalam sidang ke-34 Committee on Fisheries (COFI). Pasokan ikan, konsumsi, dan pendapatan perdagangan telah menurun karena gangguan yang meluas di sektor produksi perikanan, rantai pasok, dan belanja konsumen. Namun, FAO lebih lanjut melaporkan melalui dokumen berjudul “Pengaruh COVID-19 pada Perikanan dan Akuakultur di Asia” menunjukkan bahwa dampak pandemi ini merupakan katalis bagi sektor perikanan untuk lebih inovatif, bertanggung jawab secara sosial, dan lingkungan. Strategi mengurangi dampak pandemi pada sektor penangkapan dan budidaya perikanan perlu dikembangkan melalui program yang terintegrasi.
Inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang perikanan menjadi kunci utama untuk meningkatkan dan menjamin efisiensi serta keberlanjutan produksi dan pemanfaatan sumber daya. Kegiatan penelitian dan pengembangan harus dilakukan secara sinergis untuk penerapan teknologi yang membawa manfaat bagi masyarakat. Oleh karena itu, Departemen Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan simposium internasional untuk menyediakan akses, pertukaran data penelitian, dan pengalaman perikanan untuk mendukung transfer pengetahuan dan teknologi dalam rangka memperkuat sektor perikanan dunia.
International Symposium on Marine and Fisheries Research (ISMFR) dilaksanakan setiap dua tahun oleh Departemen Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada sejak pertama dirintis pada tahun 2015. Simposium ini dilaksanakan sebagai ajang diskusi bersama para akademisi, peneliti, praktisi dari pihak pemerintah maupun swasta pada sektor perikanan dengan berbagai topik terkait, serta sebagai wahana jejaring tingkat global untuk memajukan ilmu, teknologi, dan industri perikanan. Simposium tahun ini merupakan yang keempat dengan tema ”Promoting Sustainable Fisheries through Technology and Research Innovation for Healthy Community”. Dalam simposium ini, diharapkan ada diskusi produktif tentang riset strategis untuk mempercepat pertumbuhan sektor perikanan sebagai penyedia pangan sehat yang berguna bagi masyakarat dalam mempertahankan imunitas dan kesehatannya untuk menghadapi kondisi krisis kesehatan global.
Simposium terdiri dari sesi pleno dan presentasi paralel. Sesi pleno menghadirkan tiga keynote speakers, yaitu Prof. Rashid Sumaila dari University of British Columbia, Canada yang memaparkan materi tentang ” Identifying and removing barrier to financing a sustainable ocean economic, Prof. Erlinda R. Cruz Lacierda dari University of the Philippines Visayas yang memaparkan topik tentang ”Sea Lice in Southeast Asian Aquaculture”, dan Prof. Soottawat Benjakul dari Prince of Songkla University yang memaparkan materi tentang ”Hydrolyzed Collagen from Fish Skin: Process Development and Nutraceutical Properties”.
Pada sesi presentasi oral, menghadirkan 12 invited speakers dari delapan negara, yaitu Dr. Djumanto (UGM, Indonesia), Dr Murwantoko (UGM, Indonesia), Dr. Nurfitri Ekantari (UGM, Indonesia), Dr. Hamdan Syakuri (Universitas Jenderal Soedirman, Indonesia), Dr. Yudha Trinoegraha Adiputra (Universitas Lampung, Indonesia), Prof. Mark Costello (Nord University, Norway), Prof. Indrawati Oey (University of Otago, New Zealand), Dr. Lotta Kuuliala (Ghent University, Belgium), Dr. Norshida Ismail (University Sultan Zainal Abidin, Malaysia), Dr. Connie Fay Komilus (Universiti Sultan Zainal Abidin, Malaysia), Dr. Alice Jones ((The University of Adelaide, Australia), Dr. Siriport Tola (Chiang Mai University, Thailand), dan Dr. Kenichi Matsuda (Hokkaido University, Japan).
Total sebanyak 152 makalah ilmiah dipresentasikan dalam the 4th ISMFR oleh para pemakalah dari Indonesia, Belgia, Malaysia, Thailand, dan Filipina. Presentasi dilaksanakan secara berkelompok sesuai dengan topik, meliputi fish disease, nutrition and feed, aquaculture engineering, fisheries biology, fisheries sosial economis, fisheries management, aquatic ecotoxicology, oceanography, marine natural product, seafood processing, seafood safety, seafood processing dan bioactive compund.
Prof. Rashid menyampaikan bahwa hambatan pembiayaan untuk ekonomi kelautan berkelanjutan (sustainable ocean economic, SOE) dapat diatasi dengan koordinasi berbagai sektor, yang mencakup pemerintah dan sektor privat, menciptakan lingkungan yang mendukung, memperbaiki distorsi pasar, alokasi lebih banyak GDP pada hal yang mendukung perwuujudan SOE, dan menyiapkan dasar, metrik, dan panduan yang jelas bagi investor, seperti contohnya dokumen European Commission Sustainable Blue Economy Finance Principles.
Prof. Erlinda memaparkan adanya berbagai macam spesies kutu air (sea lice) yang ditemukan di Asia Tenggara dan dunia yang telah dan terus dilaporkan hingga saat ini. Jenis-jenis kutu air tersebut memiliki spesifitas host yang rendah sehingga dapat menginfeksi berbagai jenis ikan, terutama ikan laut. Keberadaan kutu air tersebut dapat diatasi dengan pendekatan pengendalian terintegrasi pada budidaya ikan laut. Identification of the parasite should involves morphological examination and molecular identification.
Prof Soottawat menyebutkan bahwa Zero waste system menjadi prioritas industri pengolahan saat ini. Kepala, tulang, isi perut, sisik dan kulit sering emnjadi produk samping yang sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan produk yang bernilai tambah. Kulit ikan kaya akan protein kolagen yang memiliki berbagai manfaat baik dalam industri pangan maupun industri farmaseutikal. Namun demikian, kolagen memiliki kekurangan yaitu kelarutannya yang rendah. Prof. Soottawat memaparkan bahwa hidrolisis protein mejadi potongan-potongan pendek polipeptida merupakan salah satu cara agar kolagen dapat memiliki kelarutan lebih baik dan bahkan menambah sifat fungsionalnya. Penggunaan berbagai protease dilaporkan dapat menghasilkan hidrolisat kolagen yang memiliki nilai tambah dibidang kesehatan dan farmasi.
Penulis: Indah Istiqomah, Ph.D.
Yogyakarta, Faperta UGM (26/7)- Indonesia membentang dari Sabang sampai Merauke, dengan 13.466 pulau, 99.093 km panjang garis pantai, dan 6.315.222 km2 luas laut. Kekayaan sumberdaya kelautan dan perikanan menjadi salah satu modal pembangunan dalam rangka meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB), menyediakan lapangan kerja, menghasilkan produk unggulan, menopang ketahanan pangan nasional, dan menjaga keamanan wilayah dan teritorial Indonesia.
Diseminasi hasil-hasil penelitian tentang sumberdaya perikanan dan kelautan merupakan kegiatan yang sangat penting dalam rangka penyebarluasan informasi untuk dapat diterapkan dan diintegrasikan dalam kegiatan pengembangan sektor perikanan dan kelautan, baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, Departemen Perikanan UGM merasa perlu berpartisipasi secara aktif dan berkelanjutan dalam mewadahi ajang temu ilmiah dengan mengadakan seminar nasional secara rutin. Pada tahun 2021 ini, penyelenggaraan Semnaskan-UGM XVIII ini diharapkan dapat menjadi wahana berbagi ilmu pengetahuan dan teknologi hasil penelitian dari para peneliti di Indonesia.
Pandemi Covid-19 yang masih berlangsung telah mendorong penerapan tatanan kehidupan baru dan pembatasan interaksi dan mobilitas masyakarat. Hal ini berimplikasi pada Semnaskan-UGM XVIII. Kegiatan Semnaskan-UGM XVIII dilaksanakan secara daring pada Senin-Selasa, 26-27 Juli 2021 dengan menggunakan platform Zoom. Seminar terdiri atas Plenary sesion dan sesi kelas paralel. Plenary session menghadirkan Rektor Universitas Gadjah Mada, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., IPU, ASEAN Eng., dan Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia, Ir. Sakti Wahyu Trenggono, M.M., IPU yang menyampaikan sambutan, dilanjutkan dengan presentasi oleh dua keynote speaker, yaitu Ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia, Prof. Dr. Ir.Rohmin Dahuri, yang menyampaikan topik tentang Gagasan dan Inovasi pembangunan akuakultur Indonesia, dan Dosen Departemen Perikanan Universitas Gadjah Mada, Dr. Ir. Bambang Triyatmo, M.P yang menyampaikan presentasi tentang manajemen usaha budidaya ikan yang berkelanjutan. Sesi kelas paralel dilaksanakan selama dua hari, terdiri dari enam kelas, yang mencakup bidang genetika dan perbenihan ikan, kesehatan ikan dan lingkungan, nutrisi dan pakan ikan, rekayasa budidaya ikan, manajemen sumberdaya perairan, biologi perikanan, ekologi perairan, sosial ekonomi perikanan, mutu dan keamanan produk perikanan, pengolahan hasilperikanan, dan bioteknologi.
Total peserta yang registrasi secara online pada tahun ini mencapai 150 peserta, yang berasal dari berbagai kepulauan nusantara, diantaranya Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, dan Ambon. Peserta seminar kali ini berasal dari kalangan akademisi dari perguruan tinggi baik negeri maupun swasta (UGM, UNDIP, Universitas Padjajaran, Universitas Pattimura, IPB University, Politeknik Ahli Usaha Perikanan Jakarta, Universitas Bung Hatta, Universitas Brawijaya, Universitas Darwan Ali, Universitas Mulawarman, Politeknik Kelautan dan Perikanan Kupang, Samawa University, Halu Oleo University, Universitas Riau, Universitsa Negeri Gorontalo, Universitas Sumatera Utara, Universitas Lampung, Universitas Malikussoleh, Universitas Tadulako, Universitas Khaerun, dan lainnya). Peserta juga berasal dari kalangan peneliti dari berbagai instansi dibawah kementerian Kelautan dan perikanan, diantaranya Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi kelautan dan Perikanan, BALAI BESAR RISET BUDIDAYA LAUT DAN PENYULUHAN PERIKANAN, Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang, Balai Riset Pemuliaan Ikan, dan lainnya, juga para peneliti dari instansi dibawah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), seperti pusat penelitian limnologi, pusat penelitian oseanografi, dan lainnya.
Menteri kelautan dan perikanan menyampaikan adanya pertumbuhan ekonomi sektor perikanan sebesar 0,8% pada kurun 5 tahun terakhir. Pengelolaan sumberdaya perikanan tidak hanya fokus pada eksploitasi, namun harus memperhatikan aspek lingkungan dan keberlanjutan. Pembangunan sektor perikanan dimas depan dilaksanakan dengan memperhatikan aspek ekologi dan ekonomi, yang harus sejalan dengan perkembangan ekonomi dunia. Tiga program prioritas 2021-2024 Kementrian Kelautan dan Perikanan KKP yaitu peningkatan PNBP sumberdaya perikanan tangkap, pengembangan perikanan budidaya untuk peningkatan ekspor yang didukung riset, serta pembangunan kambung budidaya tawar, payau dan asin berbasis kearifan lokal yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi pemerintah dengan mensinergikan dengan berbagai potensi. Kegiatan budidaya udang sebagai andalan ekspor akan mencontoh sistem farming yang dibangun di mesir.
Ketua MAI menyebutkan bahwa sektor budidaya merupakan sektor paling potensial untuk mendongkrak sektor industri perikanan nasional. komoditas budidaya perikanan tidak hanya ikan, namun juga segala organisme yang hidup di air. sektor budidaya perikanan tidak hanya fokus pada produk masa kini, namun juga memikirkan produk masa depan, yang tidak hanya sebagai sumber pangan protein, namun juga functional food, dan berbagai produk bioteknologi kelautan. Pembangunan riset perikanan harus fokus pada penciptaan prototipe, menghasilkan basis informasi ilmiah yang berguna bagi stake holder, juga penguatan keimanan SDM kepada Tuhan YME.
Dosen Perikanan UGM , Dr Bambang Triyatmo menegaskan bahwa budidaya udang dilahan marginal seperti lahan pasir dipantai selatan DIY harus tetap memperhatikan aspek keberlanjutan. Limbah budidaya harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang keperairan umum. Limbang tambak udang dapat dimanfaatkan untuk pupuk tanaman maupun pembuatan bioflok untuk pakan tambahan udang. Budidaya udang dilahan marginal dapat didukung dnegan teknologi probiotik yang dapat memperbaiki kualitas air, mengendalikan patogen, dan memperbaiki pencernaan udang.
Penulis: Indah Istiqomah, Ph.D.
Yogyakarta, Faperta UGM (22/7)- Summer Course kembali digelar Faperta UGM dengan mengusung tema Smart-Eco Bioproduction Agriculture (SC-SOBA). Acara yang digelar secara daring dengan delapan kali pertemuan yang berisi berbagai materi dan diskusi mengenai pertanian 4.0. Sebanyak 50 lebih peserta turut hadir secara daring, antara lain Malaysia, Filipina, Vietnam, Jepang, Korea Selatan, Nepal, Australia, Belgia, China, Taiwan, USA, dan beberapa negara tetangga lainnya. Pandemi Covid-19 yang belum usai, tidak menyurutkan semangat mahasiswa untuk berdiskusi mengenai isu hangat di bidang pertanian. Hingga saat ini, penerapan teknologi pertanian 4.0 yang masih banyak isu-isu di dalamnya. Selain itu, isu dalam negeri seperti lahan gambut dan teknologi terapan juga dapat dibahasa dalam beberapa perspektif.
Dekan Faperta UGM, Dr. Jamhari menyampaikan bagaimana penyerapan teknologi pertanian 4.0. akan membawa para peserta dengan berbagai pemikirannya. Beliau juga berterima kasih kepada para pembicara tamu yang menyempatkan memberi materi dalam SC-SOBA 2021. Dalam kesempatan yang sama, Rektor UGM Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., IPU, ASEAN Eng. menyambut hangat para peserta yang bersemangat dalam memajukan pertanian baik bagi negaranya masing-masing maupun untuk perkembangan teknologi pertanian di dunia. Beliau juga berharap, para peserta dapat berkunjung ke UGM jika pandemi telah usai.
Pertemuan pertama dibuka oleh Prof. Didik Indradewa mengenai Ethno-agronomy dan Dr. Lorenz Probst dari BOKU, Austria yang memberikan materi mengenai “Role of Farmer’s Values and Beliefs in Agricultural Change”. Summer Course yang dihelat hingga hingga Agustus mendatang, akan ditutup dengan presentasi akhir oleh masing-masing peserta. Mir
Yogyakarta, Faperta UGM (11/7)- Akreditasi Internasional ASIIN merupakan akreditasi berbasi luaran berupa implementasi program pendidikan dengan menunjukkan evaluasi ketercapaian luaran program dan institusi menunjukkan komitmennya dalam memfasilitasi implementasi OBE. Sebelumnya, 16 prodi di UGM telah terakreditasi ASIIN. Penyusunan dokumen yang memakan waktu dalam beberapa tahun dan visitasi yang dilaksanakan secara daring pada Maret lalu, membuahkan hasil. Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Teknologi Hasil Perikanan, dan Proteksi Tanaman meraih Akreditasi ASIIN yang berlaku pada 2021-2026. Persiapan yang meliputi dokumen administrasi, materi wawancara baik dosen maupun mahasiswa, dan tenaga kependidikan pendukung, serta sarana pendukung lainnya baik di kelas maupun di laboratorium masing-masing program studi.
Wakil Dekan I Faperta UGM, Dr. Rudi Hari Murti, S.P., M.P. berharap bahwa keberhasilan ini menjadi pemicu peningkatan mutu di masa yang akan datang. Beliau menambahkan agar senantiasa berpegang pada semboyan Mahapatih Gadjah Mada yakni ginong pratidina. Hasil akreditasi merupakan bentuk pengakuan internasional atas performa masing-masing program studi di Faperta UGM. Mir
Yogyakarta, Faperta UGM (1/7)- Masa pandemi covid-19 yang belum berakhir, pentingnya para pelayan publik khususnya tenaga kependidikan mendapat perlindungan salah satunya melalui penggunaan masker yang sesuai. Ishihara Charity Foundation, yayasan kemanusiaan yang berbasis di Taiwan melalui Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi menyalurkan masker untuk tenaga kependidikan di lingkungan Faperta UGM. Sebanyak 400 kotak berisi 50 masker dan minuman herbal diterima langsung oleh Wakil Dekan Bidang Penelitian, Kerjasama, dan Pengabdian kepada Masyarakat Dr. Ir. Sri Nuryani Hidayah Utami, M.P., M.Sc.
Penandatanganan penerimaan dan penyaluran bantuan oleh Dr. Ishak Octavianus Manafe, S.E., M.M. selaku Sekretaris Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi kepada Wakil Dekan Bidang Penelitian, Kerjasama, dan Pengabdian kepada Masyarakat Dr. Ir. Sri Nuryani Hidayah Utami, M.P., M.Sc. Sebelumnya, paket diterima secara simbolis di Jakarta oleh Pengurus Kagama Pertanian Jawa Bagian Barat Anastasia Trianita Hesti, S.Pi., M.Si. Penyaluran bantuan ini merupakan wujud dukungan Ishihara Charity Foundation untuk menurunkan kejadian covid-19 di lingkungan Faperta UGM. Mir
Yogyakarta (13/6)- diselenggarakan kegiatan Kontes Guppy Bantul Regional Jawa di Pendapa Puramanunggal, Kadisoro, Pandak, Bantul. Kegiatan ini diinisiasi secara bersama-sama oleh Pokdakan Mina Muda Sejahtera, Desa Wisata Ikan Hias Kadisoro, Kelompok Studi Ikan Hias dan Aquascape UGM, Guppy Fish Lover Bantul dan Jogja Fancy Guppy. Acara ini diselenggarakan untuk memberi fasilitas bagi para UMKM Breeder ikan guppy di wilayah Pulau Jawa untuk mempertunjukkan ikan guppy mereka. Dengan mengikuti acara ini diharapkan value ikan guppy dari para breeder tersebut dapat meningkat. Acara ini mendapat sambutan yang baik dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia, Sandiaga Salahudin Uno.
Pada hari pertama pukul 20.00 hingga pukul 21.30 dilaksanakan acara Sarasehan Guppy Yogyakarta. Dalam acara sarasehan tersebut diusung tema Jogja Bersama Bersaudara Paseduluran Saklawase. Acara lalu dilanjutkan dengan launching FISS atau Fancy Guppy Indonesia Scoring System. FISS merupakan standar atau acuan penilaian yang digunakan oleh FGI (Fancy Guppy Indonesia) dalam kontes ikan guppy di Indonesia. Pada hari kedua dilakukan dua acara utama yaitu workshop dan penjurrian. Workshop yang bertajuk Manajemen Organisasi Ikan Hias dengan narasumber Mas Singgih, juga merupakan bagian dari Divisi Guppy Perhimpunan Ikan Hias Indonesia (PIHI) DIY.
Sedangkan juri pada kontes ini yaitu Rularto Alkhalifi, Beni Setiaji, Trijoko Saputro, Izzudin, dan M. Gemma Ramadhan. Adapun jumlah peserta dalam kontes ini adalah sebanyak 800 peserta, yang terbagi dalam 22 kelas, dan
grandchampion. Grand champion utama diraih oleh Adhilia Guppy dari Semarang dengan jenis Half Black White. Setelah dilakukan penjurian, para pengunjung yang datang secara langsung ke lokasi acara dapat masuk ke dalam ruang kontes untuk melihat ikan guppy para kontestan. Visit pengunjung ini dilangsungkan dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran COVID-19. Visit pengunjung dilakukan dalam beberapa kloter, dengan setiap kloternya hanya dapat dimasuki oleh 15 orang pengunjung dalam waktu 5 menit. Acara ditutup dengan award ceremony dan pemberian apresiasi kepada para pemenang kontes.
Yogyakarta, Faperta UGM (29/6)- Kagam Pertanian bekerjasama dengan Faperta UGM kembali menggelar Professional Goes to Campus dengan menghadirkan Saiful Amri Saragih, M.Sc., Faradilla Qurrota Ayunina, S.P., dan Riny Rezkiananda, S.P. yang sukses meraih beasiswa studi di luar negeri. Prof. Achmadi Priyatmojo selaku Kepala Unit Internasional, Kerjasama, dan Alumni, mengapreasi banyaknya peminat beasiswa untuk melanjutkan studi di luar negeri. Beliau juga berharap kiat-kiat yang dibagikan dapat bermanfaat bagi mahasiswa maupun alumni yang berminat studi di luar negeri.
Saiful Amri Saragih, M.Sc. yang saat ini menjabat sebagai Ketua LPPM Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) merupakan salah satu alumni Faperta UGM. Beliau meraih beasiswa Ajinomoto Foundation untuk gelar master dan LPDP untuk gelar doktornya di University of Tokyo, Jepang. Berangkat dari mimpinya yang ingin melanjutkan studi S2 ke Jepang, beliau mempersiapkan kebutuhan studinya sejak di bangku sarjana. Informasi mengenai beasiswa yang terbatas tidak menghalangi Saiful Amri dalam meraih gelar master. Pentingnya persiapan yang matang di setiap tahapnya sesuai dengan kriteria pemberi beasiswa maupun universitas ujian. Adaptasi dengan mengikuti pola perkuliahan dan belajar mandiri telah diterapkan di Jepang, beliau memerlukan beberapa waktu untuk adaptasi dengan peraturan dan kebiasaan sehari-hari. Membawa nama baik Indonesia merupakan suatu kebanggaan bagi Saiful Amri. Beliau juga menambahkan bahwa tidak ada kata terlambat dalam belajar.
Faradilla Qurrota Ayunina, S.P. merupakan salah satu alumni Faperta UGM yang saat ini menempuh pendidikan Master of Management, Economic, and Consumer di Wageningen University. Beliau meraih beasiswa LPDP pada tahun 2019. Faradilla Qurrota Ayunina yang kerap disapa Fara telah melewati berbagai macam penolakan hingga meraih beasiswa LPDP. Pemilihan sayurbox sebagai salah satu jalan Fara untuk mencapai mimpinya, mempermudah beliau dalam mempersiapkan persyaratan yang dibutuhkan. Sembari bekerja, Fara mencoba mendaftar MEXT Scholarships dan Australia Awards. Beberapa penyebab kegagalan bagi Fara dalam mendaftar antara lain deadliner, kurang persiapan, dan beberapa persyaratan yang terlewat. Belajar dari pengalaman sebelumnya, Fara mempersiapkan dengan mencatat dan memastikan jika tidak ada komponen yang terlewat. Selain itu, mempersiapkan hasil tes Bahasa Inggris seperti IELTS dan Toefl. Penulisan essay dengan tema berbeda-beda, dan mengumpulkan segala persyaratan lebih awal sebelum batas pengumpulan. Pandemi Covid-19 mempengaruhi pembelajaran jarak jauh. Lima jam perbedaan waktu Indonesia-Belanda menyebabkan Fara harus beradaptasi dengan jam kuliah. Keadaan yang semakin membaik, Fara memberanikan diri untuk berangkat dengan 20 jam perjalanan Jakarta-Belanda.
Riny Rezkiananda, S.P., salah satu alumni Faperta UGM yang meraih Erasmus Mundus Awardee, University of Gottingen dan Universitat Politecnica de Valencia. Eki sapaan akrabnya, pentingnya mempersiapkan beasiswa dari awal. Membuat kalender beasiswa yang berisi waktu pembukaan dan persyaratannya. Kemudian menentukan universitas dan jurusan yang dipilih sesuai minat. Memahami setiap persyaratan yang disyaratkan oleh setiap beasiswa untuk menghindari kesalahan-kesalahan dalam mendaftar. Erasmus Mundus merupakan beasiswa yang dapat diikuti oleh seluruh lulusan sarjana di dunia. Pada beasiswa ini, calon mahasiswa akan menempuh kuliah di dua universitas di Eropa. Selain itu, Erasmus Mundus merupakan salah satu pilihan beasiswa fully funded yang banyak diminati lulusan sarjana di Indonesia juga. Eki menyampaikan beberapa kiat sukses dengan mempersiapkan Bahasa Inggris dari sekarang, menentukan tujuan, mengisi waktu dengan kegiatan bermanfaat yang mendukung tujuan, serta menjadi unik dengan menghindari “saya ingin…” dan mengganti “saya sudah… dan akan …”. Selain itu, berlatih menulis essay dengan berbagai latihan menulis serta konsultasi dengan teman sebaya atau yang lebih berpengalaman. Mencari tahu tentang beasiswa dan universitas dengan detail, serta selalu memposisikan diri sebagai panitia penyeleksi yang tertarik dengan calon penerima beasiswa yang memenuhi syarat. Mir
Yogyakarta, Faperta UGM (22/6)- Pusat Kajian Pertanian (PAKTA) kembali menggelar webinar dengan tema “Problematika Garam Nasional”. Dr. Subejo dalam sambutannya, menyampaikan bahwa topik mengenai kebijakan impor garam perlu dikaji dan diharapkan dapat memberi masukan dalam menyusun kebijakan kedepannya. Prof. Achmadi Priyatmojo selaku Sekjen PP Kagama Pertanian menyambut baik kegiatan PAKTA yang dilaksanakan secara berkelanjutan meskipun terbatas secara daring.
Kebutuhan garam terus meningkat, namun jumlah dan kualitas yang tidak menentu. Impor menjadi pilihan, kebijakan impor garam mengundang perdebatan. Australia menjadi pemasok utama garam impor Indonesia. Pulau Jawa menyumbang 89% produksi garam nasional. Suadi, Ph.D. menyampaikan dalam presentasinya bahwa garam merupakan komoditas strategis dan harus menjadi prioritas untuk ditangani dalam jangka pendek dan rencana aksi untuk jangka menengah dan panjang.
Dr. Ihsanudin menyampaikan kebijakan strategis produksi dan pemasaran garam nasional serta isu-isu strategis di sentra produksi garam. Kelembagaan pemasaran yang berpihak disebabkan oleh struktur pasar cenderung oligopsonistik, beroperasinya sistem kapitalistik, dan nilai tukar pegaram 102,75 (< NT Nelayan 115). Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain pembagian yang jelas dan adil area penjualan domestic, konsistensi data stok sebagai pijakan impor, dan memastikan tidak ada garam rembesan garam konsumsi. Selain itu memperpendek market chain, memperbaiki sarana dan prasarana, BUMD dan UMKM garam, serta insentif harga. Sosial-kelembagaan dapat ditingkatkan melalui manajerial, modal, kualitas SDM, penguatan kelompok, dan akses penjualan.
Kasubdit Pemanfaatan Air Laut dan Biofarmakologi, Direktorat Jasa Kelautan, M. Zaki Mahasin, M.Si. menyampaikan penggunaan garam impor untuk industri manufaktur, sedangkan garam nasional digunakan sebagai bahan makanan. Permasalahan garam secara komplek meliputi praproduksi, produksi, pascaproduksi, pengelolaan, dan pemasaran. Program KKP bagi Petambak Garam untuk meningkatkan kemampuan petambak garam untuk melaksanakan usaha pergaraman secara lebih baik. Program tersebut antara lain dengan menyediakan sarana/prasarana, menyediakan produktivitas, meningkatkan kualitas garam, meningkatkan kapasitas petambak garam, dan meningkatkan kelembagaan usaha serta menumbuhkan budaya korporasi. Program PUGaR diharapkan terbentuk kemandirian petambak garam dan kepastian usaha yang berkelanjutan. Mir