Yogyakarta, Faperta UGM (4/3)- Prof. Bunyamin Tar’an yang berasal dari Crop Develoment Center, University of Saskatchewan. Beliau merupakan warga Indonesia yang sejak lama bekerja di Departemen of Plant Science, College of Agriculture and Bioresources, University of Saskatchewan, Canada. Beliau merupakan Agri-Food Innovation Chair in Chickpea Breeding and Genetics. Sejak tahun 1990 Prof. Bunyamin Tar’an telah melakukan riset pada tanaman chickpea.
Chickpea merupakan sumber protein bagi masyarakat India yang mayoritas vegetarian. Total lahan pertanaman chickpea di dunia yaitu 15 juta ha dan 9 juta ha berada di India. Saskatchewan merupakan daerah produsen sereal base. Secara ekonomi dan biologi, tentunya perlu adanya rotasi tanam yang juga menguntungkan bagi petani. Permasalah dasar pada petani adalah ketika harga komoditas utama naik, mereka menghentikan rotasi tanamnya.
Peluang chickpea saat ini di dunia, khususnya Kanada yaitu protein market. Semakin meningkatnya minat konsumen memilih protein nabati dibandingkan protein hewani. Pada tahun 2017 pendapatan dari chickpea 10,5 juta US Dollar, dirpoyeksikan pada tahun 2025 meningkat hingga 16,3 juta US Dollar. Selain itu, menciptakan dan memasok potensi pasar baru. Prof. Bunyamin Tar’an bekerjasama dengan perusahaan makanan untuk menentukan chickpea yang cocok untuk bahan makanan. Breeder akan melakukan rekayasa genetika sesuai kebutuhan pasar saat ini. Selain itu, beliau juga melakukan riset pasar di India, ukuran yang sesuai selera pasar, bentuk dan warna, serta kemasan yang diminati konsumen.
Tantangan yang dihadari Prof. Bunyamin Tar’an dan mahasiswanya adalah bagaimana membuat chickpea berumur genjah. Kanada hanya dapat menanam pada bulan Mei-September. Pada tiga tahun terakhir, musim tanam yang berubah akibat perubahan musim yang terlalu cepat menyebabkan produksi chickpea terhambat. Selain itu, tanaman yang genjah akan mempercepat penuaan yang menyebabkan tanaman lemah dan mudah terinfeksi penyakit. Penyakit yang tidak berkembang di India, namun berkembang di Kanada yaitu ascochyta blight dan saat ini sedang diteliti untuk melihat protein yang berpengaruh. Kompetisi dengan komoditas lain juga berpengaruh pada pertanaman chickpea ini. Apabila dirasa oleh petani gandum dan canola lebih menguntungkan, petani tidak akan menanam chickpea. Sedangkan perusahaan tidak mungkin memproduksi makanan jika jumlah bahan yang dipasok fluktuatif. Hal ini menjadi salah satu tugas pemerintah untuk memberikan asuransi kepada petani agar bersedia menanam chickpea pada awal-awal pengenalan kepada petani.
Saat ini riset yang dilakukan antara lain pembungaan di waktu yang tepat, membuat tanaman chickpea yang genjah, identifikasi flowering time pada koleksi chickpea di seluruh dunia, dan apakah tanaman genjah penyebab kerentanan tanaman terhadap penyakit. Sebelum melepas varietas, pengecekan dengan pengujian kualitas, rendemen, dan kadar karotenoid pada chickpea. Saat ini terdapat ±320.000 ha pertanaman chickpea. Beliau menargetkan 800.000 ha agar harga maupun produksinya stabil. Prof. Bunyamin Tar’an menyampaikan bahwa saat ini investasi pertanian merupakan salah satu investasi jangka panjang dan menguntungkan, manusia bisa minum obat namun dia pasti lapar. Mir