Yogyakarta, Faperta UGM (16/12)- Kabupaten Kediri yang berada di Jawa Timur memiliki potensi pertanian yang baik. Selain itu, berada di aliran DAS Brantas dan dekat dengan Gunung Kelud menjadi salah satu keuntungan bagi Kab. Kediri dalam pengembangan pertanian secara luas. Kabupaten Kediri bekerjasama dengan Faperta UGM melakukan identifikasi potensi dan permasalahan yang berpengaruh pada pengembangan komoditas unggulan Kawasan Agropolitas Ngawasondat dan Pakancupung. Kegiatan yang telah berjalan kurang lebih satu tahun ini telah memasuki tahapan FGD bersama petani. Pertemuan kedua belah pihak diharapkan terjadi kesepakatan dalam pengambilan keputusan untuk satu tahun kedepan. Kegiatan yang berlangsung secara bauran ini dilaksanakan di Faperta UGM bersama Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab. Kediri, secara daring Kepala BAPPEDA mengikuti dari Kab. Kediri.
Kajian dipusatkan di Kawasan Agropolitan Palempari, khususnya di wilayah Kecamatan Purwoasri dan Gampengrejo. Rendahnya produktivitas padi sawah disebabkan oleh keterbatasan sumberdaya air di beberapa kawasan, serta belum tersedianya sistem informasi pertanian (SINTAN) yang dapat diakses secara terus-menerus oleh para pemegang kebijakan. Diskusi kelompok terfokus (FGD) telah dilaksanakan dengan melibatkan petani padi sawah, PPL kecamatan, Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab. Kediri, serta tim ahli dari Faperta UGM. Pembuatan peta digital pada kawasan revitalisasi budidaya padi sawah di Desa Kempleng, Kec. Purwoasri.
Kegiatan minapadi yang telah berlangsung di Kec. Gampengrejo mengalami beberapa permasalahan antara lain kualitas bibit kurang bagus; gangguang budidaya seperti burung, ular, dan pencurian; serta pemasaran yang belum lancar. Para petani merasakan manfaat minapadi antara lain padi menjadi subur dan OPT padi berkurang. Petani juga bertekad untuk melanjutkan budidaya minapadi karena manfaat dan pendapatan yang meningkat dengan adanya budidaya minapadi. FGD dan pembuatan peta digital juga telah dilaksanakan di kawasan revitalisasi budidaya minapadi di Desa Putih dan Sambirejo, Kec. Gampengrejo. Kec. Plosoklaten memiliki potensi lahan untuk budidaya ikan hias. Penampungan dan indukan komet telah dimiliki pembudidaya untuk mengembangkannya. Sayangnya, ikan hias Kediri belum memiliki “brand“, penguasaan teknik budidaya ikan hias belum optimal, dan keterbatasan sumber air untuk budidaya.
Kecamatan Puncu memiliki potensi produksi cabai lokal namun memiliki beberapa permasalahan antara lain kebutuhan air relatif besar, tanah pasiran membutuhkan penyiraman satu minggu sekali, perlu adanya tandon air pada lahan, penggunaan pupuk kimia dalam jumlah yang banyak, dan penyemprotan pestisida lima harian secara rutin. Pendampingan dilakukan pada tiga demplot sentra cabai. Tim ahli Faperta UGM menyarankan penggunaan sungkup untuk proses pembibitan agar terhindar dari virus gemini yang telah menyebar di seluruh sentra cabai Kediri. Introduksi pupuk bacillus juga dikenalkan kepada petani untuk dikembangkan sebagai pengganti pupuk kimia. Pembuatan embung diperlukan untuk rekayasa lahan yang dapat menjamin ketersediaan air sesuai dengan jumlah kebutuhan dan waktu yang dibutuhkan.
Salah satu komoditas yang dikembangkan petani di Kediri salah satunya adalah nanas dengan varietas PK1 dan Queen. Beberapa permasalahan yang dihadapi para petani nanas yaitu kekurangan bibit nanas PK1, biaya pokok produksi tinggi, dan pemasaran yang terbatas. Tim ahli Faperta UGM menyarankan untuk pembuatan laboratorium kultur jaringan yang dapat digunakan untuk nursery dan komersialisasi bibit nanas, pelatihan pembuatan pupuk organik PLUS Bacillus sp., penguatan pasar dan diversifikasi produk nanas, serta pelatihan pembuatana dan kelembagaan pelaku pascapanen nanas. Mir