Tomat merupakan komoditas yang digemari oleh masyarakat karena rasanya yang enak dan kaya akan nutrisi. Permintaan akan tomat terus meningkat setiap waktu, namun hal tersebut tidak diimbangi dengan peningkatan produksi tomat. Budidaya tomat terkendala oleh permasalahan OPT salah satunya adalah penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum. Penyakit ini dapat menyebabkan kerugian hingga 100% dan masih sulit untuk dikendalikan, bahkan tingkat resistensi dari R. Solanacearum tergolong tinggi sehingga diperlukan pencarian sumber antibiotik baru.
Berangkat dari permasalahan tersebut, tim mahasiswa UGM melakukan uji potensi senyawa dari kecoa sebagai inovasi pestisida antibiotika dalam pengendalian Ralstonia solanacearum pada tanaman tomat. Ketiga mahasiswa tersebut terdiri dari Pinasindi Wikandari (Proteksi Tanaman 2019), Nur Wahidah Udhiyyah (Proteksi Tanaman 2018), dan Dwitya Nurlistyo Devi (Farmasi 2019) yang melakukan penelitian untuk memvalidasi senyawa antimikroba pada Kecoa.
“Kami menggunakan kecoa dalam penelitian ini dengan pertimbangan bahwa ketersediaan kecoa sangat berlimpah apalagi di polluted area,” kata Ketua tim peneliti, Pinasindi Wikandari, Sabtu (9/9)
Mereka meneliti di bawah bimbingan Alan Soffan, S.P., M.Sc., Ph.D. Uji senyawa antimikroba dari cairan kecoa dilakukan secara uji In-vitro dan In-vivo pada tanaman tomat. Sedangkan, validasi senyawa dilakukan dengan Liquid Chromatography-Mass Spectrometry (LCMS) dengan menggunakan pelarut etanol 96% dan ionisasi menggunakan ESI.
Hasil menunjukkan bahwa dalam lisat hemolimfa kecoa mengandung senyawa antibakteri yang bersifat bakteriostatik terhadap bakteri gram negatif R.solanacearum. Senyawa antibakteri yang dapat teridentifikasi adalah 5-amino-2-phenylthiazole-4-carbaldehyde, Karakolidine, dan 5-butyl-3-phenyltetrahydrofuran-2-one. Hasil uji In-vitro menunjukkan adanya penghambatan formasi biofilm bakteri, sehingga dapat dipastikan bahwa ketiga senyawa tersebut merupakan senyawa yang berpotensi sebagai antimikroba dalam penghambatan bakteri R.solanacearum.
“Hasil ini tentunya menjadi terobosan baru dalam kebermanfaatnya dunia pertanian untuk mengendalikan R. solanacearum,” pungkasnya.