Ani Widiastuti, Ratih Ineke Wati, Fatkhiyah Rohmah, Desi Utami
Sebagai negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia, sekaligus terbesar di Asia, Indonesia tidak terlepas dari berbagai tantangan di bidang budidaya, pemeliharaan dan produksi kakao. Permasalahan tersebut terutama dihadapi oleh petani kecil yang merupakan penghasil kakao terbesar di Indonesia. Menurut data BPS 2016, sebanyak 82% produksi kakao di Indonesia dihasilkan oleh perkebunan dari petani kecil. Dusun Nglengkong, Desa Giripurwo, Kec. Girimulyo, Kulon Progo salah satu daerah yang memiliki potensi produksi kakao melalui kelompok tani yang ada, namun belum optimal dalam pengelolaan dikarenakan permasalah di bidang budidaya dan pengelolaan. Permasalahan organisme pengganggu tanaman (OPT) serta belum adanya Unit Pengolahan Hasil (UPH) kakao menyebabkan petani lebih banyak menjual hasil panen berupa biji segar ke pasar. Untuk membantu meningkatkan kualitas kebun kakao melalui penguatan kelembagaan dan pengembangan akses pemasaran biji kakao, tim pengabdian Fakultas Pertanian UGM bekerjasama dengan PT Pagilaran melaksanakan kegiatan pengabdian dan pembinaan desa melalui kelompok tani Ngudi Makmur.
Kegiatan pendampingan yang dimulai dari Bulan Mei hingga November 2017 ini dilakukan melaui pendampingan pengelolaan kebun anggotanya dengan memberikan pendampingan pemangkasan, sarungisasi, pembuatan rorak dan penyambungan tanaman untuk tujuan rehabilitasi kebun dan bantuan peralatan alat pengelolaan kebun. Selain itu, dilakukan pula pendampingan pembentukan kelompok wanita tani (KWT) yang sudah sampai pada tahap sosialisasi Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART), pengesahan logo dan nama kelompok yaitu Kartini. Pembangunan UPH dilakukan secara gotong royong antar anggota kelompok tani yang diperkirakan akan selesai akhir tahun 2017.
Tantangan utama dalam kegiatan ini adalah membangun motivasi untuk bisa maju bersama karena masih banyaknya anggota kelompok tani yang belum secara intensif terlibat. Sehingga Tim Pengabdian berusaha untuk terus melakukan koordinasi dengan Kepala Dusun dan Desa untuk meningkatkan partisipasi masyarakat. Selain itu pendampingan KWT untuk proses fermentasi biji hasil panen perlu dilanjutkan karena banyak anggota KWT yang belum terbiasa dengan proses fermentasi. Dengan kegiatan pengabdian kepada masyarakat melalui program Desa Binaan yang diselenggarakan oleh LPPM UGM ini, anggota kelompok tani Ngudi Makmur mengaku mendapat ilmu yang dapat diterapkan langsung di kebun masing-masing anggota, sehingga harapannya juga akan meningkatkan hasil produksi kakao yang ada.
Gambar 1. Penyerahan bantuan alat bantuan peralatan alat pengelolaan kebun.
Gambar 2. Pembinaan proses pemangkasan dan sarungisasi buah kakao
Gambar 3. Pembinaan Kelompok Wanita Tani oleh Tim Pengabdian Fakultas Pertanian UGM
Gambar 4. UPH yang dibangun oleh warga melalui program gotong royong