Yogyakarta, Faperta UGM (26/7)- Indonesia membentang dari Sabang sampai Merauke, dengan 13.466 pulau, 99.093 km panjang garis pantai, dan 6.315.222 km2 luas laut. Kekayaan sumberdaya kelautan dan perikanan menjadi salah satu modal pembangunan dalam rangka meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB), menyediakan lapangan kerja, menghasilkan produk unggulan, menopang ketahanan pangan nasional, dan menjaga keamanan wilayah dan teritorial Indonesia.
Diseminasi hasil-hasil penelitian tentang sumberdaya perikanan dan kelautan merupakan kegiatan yang sangat penting dalam rangka penyebarluasan informasi untuk dapat diterapkan dan diintegrasikan dalam kegiatan pengembangan sektor perikanan dan kelautan, baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, Departemen Perikanan UGM merasa perlu berpartisipasi secara aktif dan berkelanjutan dalam mewadahi ajang temu ilmiah dengan mengadakan seminar nasional secara rutin. Pada tahun 2021 ini, penyelenggaraan Semnaskan-UGM XVIII ini diharapkan dapat menjadi wahana berbagi ilmu pengetahuan dan teknologi hasil penelitian dari para peneliti di Indonesia.
Pandemi Covid-19 yang masih berlangsung telah mendorong penerapan tatanan kehidupan baru dan pembatasan interaksi dan mobilitas masyakarat. Hal ini berimplikasi pada Semnaskan-UGM XVIII. Kegiatan Semnaskan-UGM XVIII dilaksanakan secara daring pada Senin-Selasa, 26-27 Juli 2021 dengan menggunakan platform Zoom. Seminar terdiri atas Plenary sesion dan sesi kelas paralel. Plenary session menghadirkan Rektor Universitas Gadjah Mada, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., IPU, ASEAN Eng., dan Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia, Ir. Sakti Wahyu Trenggono, M.M., IPU yang menyampaikan sambutan, dilanjutkan dengan presentasi oleh dua keynote speaker, yaitu Ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia, Prof. Dr. Ir.Rohmin Dahuri, yang menyampaikan topik tentang Gagasan dan Inovasi pembangunan akuakultur Indonesia, dan Dosen Departemen Perikanan Universitas Gadjah Mada, Dr. Ir. Bambang Triyatmo, M.P yang menyampaikan presentasi tentang manajemen usaha budidaya ikan yang berkelanjutan. Sesi kelas paralel dilaksanakan selama dua hari, terdiri dari enam kelas, yang mencakup bidang genetika dan perbenihan ikan, kesehatan ikan dan lingkungan, nutrisi dan pakan ikan, rekayasa budidaya ikan, manajemen sumberdaya perairan, biologi perikanan, ekologi perairan, sosial ekonomi perikanan, mutu dan keamanan produk perikanan, pengolahan hasilperikanan, dan bioteknologi.
Total peserta yang registrasi secara online pada tahun ini mencapai 150 peserta, yang berasal dari berbagai kepulauan nusantara, diantaranya Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, dan Ambon. Peserta seminar kali ini berasal dari kalangan akademisi dari perguruan tinggi baik negeri maupun swasta (UGM, UNDIP, Universitas Padjajaran, Universitas Pattimura, IPB University, Politeknik Ahli Usaha Perikanan Jakarta, Universitas Bung Hatta, Universitas Brawijaya, Universitas Darwan Ali, Universitas Mulawarman, Politeknik Kelautan dan Perikanan Kupang, Samawa University, Halu Oleo University, Universitas Riau, Universitsa Negeri Gorontalo, Universitas Sumatera Utara, Universitas Lampung, Universitas Malikussoleh, Universitas Tadulako, Universitas Khaerun, dan lainnya). Peserta juga berasal dari kalangan peneliti dari berbagai instansi dibawah kementerian Kelautan dan perikanan, diantaranya Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi kelautan dan Perikanan, BALAI BESAR RISET BUDIDAYA LAUT DAN PENYULUHAN PERIKANAN, Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang, Balai Riset Pemuliaan Ikan, dan lainnya, juga para peneliti dari instansi dibawah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), seperti pusat penelitian limnologi, pusat penelitian oseanografi, dan lainnya.
Menteri kelautan dan perikanan menyampaikan adanya pertumbuhan ekonomi sektor perikanan sebesar 0,8% pada kurun 5 tahun terakhir. Pengelolaan sumberdaya perikanan tidak hanya fokus pada eksploitasi, namun harus memperhatikan aspek lingkungan dan keberlanjutan. Pembangunan sektor perikanan dimas depan dilaksanakan dengan memperhatikan aspek ekologi dan ekonomi, yang harus sejalan dengan perkembangan ekonomi dunia. Tiga program prioritas 2021-2024 Kementrian Kelautan dan Perikanan KKP yaitu peningkatan PNBP sumberdaya perikanan tangkap, pengembangan perikanan budidaya untuk peningkatan ekspor yang didukung riset, serta pembangunan kambung budidaya tawar, payau dan asin berbasis kearifan lokal yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi pemerintah dengan mensinergikan dengan berbagai potensi. Kegiatan budidaya udang sebagai andalan ekspor akan mencontoh sistem farming yang dibangun di mesir.
Ketua MAI menyebutkan bahwa sektor budidaya merupakan sektor paling potensial untuk mendongkrak sektor industri perikanan nasional. komoditas budidaya perikanan tidak hanya ikan, namun juga segala organisme yang hidup di air. sektor budidaya perikanan tidak hanya fokus pada produk masa kini, namun juga memikirkan produk masa depan, yang tidak hanya sebagai sumber pangan protein, namun juga functional food, dan berbagai produk bioteknologi kelautan. Pembangunan riset perikanan harus fokus pada penciptaan prototipe, menghasilkan basis informasi ilmiah yang berguna bagi stake holder, juga penguatan keimanan SDM kepada Tuhan YME.
Dosen Perikanan UGM , Dr Bambang Triyatmo menegaskan bahwa budidaya udang dilahan marginal seperti lahan pasir dipantai selatan DIY harus tetap memperhatikan aspek keberlanjutan. Limbah budidaya harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang keperairan umum. Limbang tambak udang dapat dimanfaatkan untuk pupuk tanaman maupun pembuatan bioflok untuk pakan tambahan udang. Budidaya udang dilahan marginal dapat didukung dnegan teknologi probiotik yang dapat memperbaiki kualitas air, mengendalikan patogen, dan memperbaiki pencernaan udang.
Penulis: Indah Istiqomah, Ph.D.