Menata Harapan di Sagea Waleh: Tim Patriot Faperta UGM Dorong Penguatan Kawasan Transmigrasi

Universitas Gadjah Mada (UGM) bersama Kementerian Transmigrasi kembali memperkuat komitmen pemerataan pembangunan melalui program Ekspedisi Patriot. Tahun ini, Fakultas Pertanian (Faperta) UGM mengirimkan delapan tim peneliti muda ke berbagai kawasan transmigrasi, salah satunya ke Kawasan Transmigrasi Sagea Waleh, Kabupaten Halmahera Tengah, untuk melaksanakan Output 1: Rekomendasi Evaluasi Kawasan.

Selama empat bulan (12 Agustus – 12 Desember 2025), Tim Output 1 Sagea Waleh melakukan pemetaan menyeluruh terhadap kondisi fisik, sosial, ekonomi, dan lingkungan di tiga Satuan Permukiman (SP1, SP2, dan SP3). Evaluasi ini memberikan gambaran terkini mengenai tantangan dan peluang pengembangan kawasan yang selama ini menjadi salah satu titik strategis pemerataan pembangunan di Halmahera Tengah.

Ketua tim, Dr. Dyah Woro Untari, S.P., M.P. sekaligus dosen di Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Faperta UGM menjelaskan bahwa Sagea Waleh memiliki potensi besar untuk berkembang. Lahan pertanian yang luas, komoditas unggulan seperti cabai, tomat, pala, dan kelapa, serta modal sosial antara transmigran, masyarakat lokal, dan pendatang menjadi modal penting. Para transmigran yang berasal dari Jawa Barat, Jawa Timur, dan wilayah sekitar juga menunjukkan adaptasi sosial yang kuat. Melalui Ekspedisi Patriot, masyarakat memiliki ruang untuk menyampaikan aspirasi dan kebutuhan mereka secara lebih terstruktur melalui riset yang dilakukan tim.

Dari sisi ekologi, Agung Dian Kharisma, S.Pd.Si., M.Biotech., Ph.D. dosen dari Program Studi Mikrobiologi Pertanian Faperta UGM dan Asti Putri Meilina (peneliti infrastruktur dasar) menemukan sejumlah tantangan, seperti banjir musiman, penurunan kualitas air, serta potensi longsor di beberapa titik. Infrastruktur dasar, mulai dari jalan, irigasi, air bersih, hingga layanan pendidikan dan kesehatan, masih belum merata dan sebagian tidak berfungsi optimal. Meski demikian, tutupan lahan yang masih luas, potensi kehutanan, dan pola iklim yang relatif stabil membuka peluang pengembangan pertanian berkelanjutan dan ekowisata.

Dari aspek sosial, Siti Mei Indasari mencatat bahwa masyarakat Sagea Waleh memiliki modal sosial yang kuat. Tradisi gotong royong, kegiatan keagamaan, dan peran aktif pemerintah desa menjadi fondasi penting pembangunan. Namun, beberapa kelembagaan seperti PKK dan karang taruna masih perlu diperkuat agar dapat berperan lebih aktif dalam pengembangan kawasan.

Secara ekonomi, mayoritas warga bekerja sebagai petani dengan komoditas beragam. Tantangan utama terletak pada produktivitas yang belum optimal akibat keterbatasan irigasi, akses jalan, pupuk, permodalan, dan pendampingan teknis. Dr. Prayogo Probo Asmoro, S.P., M.Si., dosen di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Faperta UGM, menambahkan bahwa meski kawasan relatif aman dari ledakan hama, rantai nilai hortikultura masih lemah. Minimnya pengolahan pascapanen membuat harga komoditas fluktuatif dan posisi tawar petani rendah.

Melalui Focus Group Discussion (FGD), masyarakat menyampaikan kebutuhan mendesak terkait penguatan kelembagaan desa dan kelompok tani, peningkatan layanan dasar, serta pembangunan irigasi dan akses jalan. Hasil evaluasi ini diharapkan menjadi rujukan strategis bagi pemerintah pusat, pemerintah daerah, akademisi, dan mitra pembangunan dalam merumuskan program berbasis data yang lebih tepat sasaran. Dengan kolaborasi yang kuat, Sagea Waleh berpotensi berkembang menjadi kawasan yang mandiri, produktif, dan adaptif di masa mendatang.

Ekspedisi Patriot diharapkan berkontribusi dalam mendukung capaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDG 1: Tanpa Kelaparan, SDG 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi, SDG 11: Kota dan Komunitas yang Berkelanjutan, SDG 13: Penanganan Perubahan Iklim, SDG 15: Ekosistem Daratan, dan SDG 16: Perdamaian Keadilan dan Kelembagaan yang Kuat.

Penulis: Beny Nabila Happy Fauziah

Editor: Desi Utami

Foto: Asti Putri Meilina, Siti Mei Indasari