Mendorong Pertanian Berkelanjutan: Tim Dosen UGM Kenalkan B. velezensis untuk Pengendalian Penyakit Padi

Tim dosen dan mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (Faperta UGM) melaksanakan program Pengabdian kepada Masyarakat bertajuk “Penerapan Bacillus velezensis sebagai Penginduksi Ketahanan Tanaman Padi terhadap Virus dan Serangga Vektor” di wilayah Kapanewon Minggir, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kegiatan berlangsung sejak 28 Februari hingga 10 Desember 2025 dan berfokus pada peningkatan ketahanan tanaman padi melalui pemanfaatan agens hayati berbasis mikroba unggulan.

Pertumbuhan tanaman padi di Kelurahan Minggir selama beberapa musim terakhir dinilai kurang optimal dan diduga dipengaruhi oleh gangguan penyakit virus serta keberadaan serangga vektor. Menanggapi kondisi tersebut, tim dosen Faperta UGM menerapkan isolat Bacillus velezensis koleksi Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan (HPT) sebagai Plant Growth-Promoting Rhizobacteria (PGPR) untuk meningkatkan ketahanan tanaman sekaligus mendukung pertumbuhan padi secara lebih sehat.

Program ini melibatkan para dosen lintas disiplin ilmu, yaitu Dr. Adyatma Irawan Santosa, S.P., M.Sc., Prof. Dr. Ir. Triwidodo Arwiyanto, M.Sc., Prof. Ir. Achmadi Priyatmojo, M.Sc., Ph.D., Dr. Ir. Sedyo Hartono, M.P., Prof. Tri Joko, S.P., M.Sc., Ph.D., Muhammad Iqbal Maulana, S.Hut., M.Sc., Ph.D., Dr. Prayogo Probo Asmoro, S.P., M.Si., Dr. Ady Bayu Prakoso, S.P. (Dosen Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan), Dr. Najmu Tsaqib Akhda, S.P., M.A. (Dosen Departemen Sosial Ekonomi Pertanian), serta Susanti Mugi Lestari, S.P., M.Si., Ph.D (Dosen Departemen Mikrobiologi). Kegiatan turut melibatkan mahasiswa S1, S2, dan S3 dari Prodi Proteksi Tanaman, Fitopatologi, dan Ilmu Pertanian.

Pendampingan dilakukan melalui dua metode utama. Pertama, Perendaman benih padi menggunakan isolat B. velezensis untuk meningkatkan vigor awal tanaman. Kedua, penyemprotan tanaman pada fase pertumbuhan tertentu untuk memperkuat ketahanan terhadap penyakit virus dan serangga vektor. Lahan perlakuan dan kontrol masing‑masing seluas ±400 m² digunakan untuk membandingkan efektivitas aplikasi mikroba.

Pada akhir pengamatan, gejala penyakit virus pada tanaman perlakuan tidak menunjukkan perbedaan keparahan yang signifikan dibandingkan dengan lahan kontrol. Hasil panen juga relatif serupa, yaitu berat basah panen perlakuan (210 kg) dan berat basah panen kontrol (204 kg). Hasil yang tidak berbeda nyata ini diduga dipengaruhi oleh kondisi lapangan pada musim tanam tersebut, di mana serangan hama dan penyakit secara umum rendah. Hal ini merupakan dampak positif dari program pengelolaan intensif yang dilakukan petugas setempat, seperti kegiatan gropyokan tikus, penyediaan pupuk organik gratis, serta pengawasan rutin terhadap organisme pengganggu tanaman.

Meskipun hasil panen tidak menunjukkan perbedaan signifikan, program ini memberikan manfaat penting bagi petani mitra, terutama dalam memahami penggunaan agens hayati sebagai alternatif ramah lingkungan, mengurangi ketergantungan pada pupuk dan pestisida kimia, meningkatkan kemampuan deteksi dini penyakit virus dan serangga vektor, serta memperkuat praktik budidaya padi berkelanjutan.

Program ini sejalan dengan SDG 2 (Tanpa Kelaparan) dan SDG 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab) melalui penerapan teknologi ramah lingkungan dan peningkatan kapasitas petani dalam pengelolaan kesehatan tanaman.

Penulis: Beny Nabila Happy Fauziah

Editor: Desi Utami