Tantangan swasembada gula menjadi salah satu sorotan utama dalam Dies Natalis Ke-78 Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (Faperta UGM) pada 27 September 2024. Dalam rapat terbuka yang digelar di Auditorium Prof. Harjono Danoesastro, Mahmudi S. P., M.Si., Direktur Utama PT Sinergi Gula Nasional (PT SGN), memaparkan berbagai langkah strategis yang harus diambil untuk mencapai swasembada gula nasional melalui penguatan ekosistem tebu rakyat.
“Berbicara tentang swasembada gula nasional sebenarnya bukan merupakan hal yang tidak mungkin kita lakukan. Memang tidak mudah, tetapi sejarah telah membuktikan para pendahulu kita dengan menjadi eksportir gula terbesar di dunia setelah Kuba pada tahun 1930. Kemudian bergerak terus menurun sejak tahun 1967, dan kita menjadi importir gula terbesar di dunia hingga saat ini” terang Mahmudi.
Ia menekankan bahwa tantangan yang dihadapi semakin besar, terutama karena penurunan produktivitas gula akibat perubahan iklim di negara eksportir, sehingga impor bukan lagi solusi jangka panjang.
Mahmudi juga menjelaskan upaya pemerintah melalui Perpres 40/2024 yang menargetkan swasembada gula konsumsi pada 2028 dan swasembada gula industri pada 2030. Tidak hanya sekadar memenuhi kebutuhan gula, pemerintah juga berfokus pada ketahanan energi dan ekosistem hijau, dengan mengubah molases atau nira menjadi bioetanol.
Salah satu upaya penting untuk mencapai swasembada gula adalah ekosistem tebu rakyat. Hal ini juga menjadi salah satu kunci utama dalam mencapai kesejahteraan petani tebu. Dalam mencapai hal tersebut, Mahmudi menyoroti beberapa tantangan dalam penguatan tebu rakyat, seperti rendahnya produktivitas tebu, akses pendanaan, dan peremajaan lahan tebu (bongkar ratoon).
Untuk mengatasi hal tersebut, PT SGN meluncurkan program penguatan tebu rakyat dengan berbagai inisiatif diantaranya, fasilitas KUR khusus cluster tebu, digitalisasi ekosistem tebu rakyat dengan menciptakan sinergi antar stakeholder, penguatan organisasi, serta program petani muda yang bertujuan untuk menciptakan enterpreneur muda di sektor komoditas tebu.
Pada akhir pemaparannya, Mahmudi menyampaikan pentingnya dukungan seluruh pihak untuk mewujudkan swasembada gula nasional.
“Saya kira beberapa program-program ini mudah-mudahan bisa memperkuat ekosistem tebu rakyat, meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan mencapai swasembada. Ini merupakan suatu dampak yang luar biasa terhadap petani, ekosistem, dan juga terhadap harga gula yang berkeadilan.” tutupnya
Dengan semangat bersama, Fakultas Pertanian UGM berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam pembangunan sektor pertanian dalam mewujudkan ketahanan pangan yang lebih baik untuk Indonesia. Hal ini juga turut mendukung tercapainya SDGs antara lain, SDG 1: Tanpa Kelaparan, SDG 2: Tanpa Kemiskinan, SDG 3: Kehidupan yang Sehat dan Sejahtera, SDG 15; Ekosistem Daratan, SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.
Penulis: Agrit Kirana Bunda
Editor: Desi Utami
Dokumentasi: Media Faperta