Yogyakarta, Faperta UGM (3/3)-Kuliah Tamu pada kelas Dinamika Kelompok yang diisi oleh Nisa Felicia, S.P., M.Ed., Ph.D., Direktur Eksekutif Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK). Beliau merupakan salah satu alumni Departemen Sosial Ekonomi Pertanian. Setelah lulus sarjana, Nisa Felicia bergerak di bidang pendidikan dasar dan menengah. Kemudiabeliau bekerja sebagai asisten dosen dan kuliah. Kembalinya ke Indonesia, beliau bergabung dengan Sampoerna Foundation sebagai dosen, kemudian menempuh pendidikan S3. Saat ini beliau menjadi Direktur Eksekutif Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK).
Dalam kuliah tamu yang bertemakan Komunitas Digital, Modal Sosial, dan Kepemimpinan yang dibawakan oleh Nisa Felicia ini dihadiri oleh dosen dan pengurus Departemen Sosial Ekonomi Pertanian serta mahasiswa S1 dan S2. Menurut beliau, PSPK ini berhubungan kebijakan yang berpihak pada anak. Tiga tugas utama PSPK yaitu riset, advokasi dan pendampingan, dan publikasi. Setelah MoU dengan Kemendikbud, saat ini PSPK fokus pada bidang advokasi dan pendampingan.
Komunitas di era digital saat ini tidak harus formal karena tidak harus merupakan asosiasi atau organisasi. Modal sosial banyak digunakan misalnya pada guru. Guru mendapatkan cara mengajar berdasarkan social capital. Sosial yang lebih kuat adalah ketika semua elemen saling berhubungan dan bergantung. Jika terdapat seorang pemimpin, jaringan lebih kuat dan saling terkoneksi. Komunitas digital merupakan komunitas yang rapuh atau kurang stabil, sulit berhubungan jika tidak bertatap muka untuk membangun kepercayaan satu sama lain.
Paradigma kepemimpinan berubah seiring dengan perubahan dunia. Di era digital yang dibutuhkan adalah kepemimpinan yang menunjukkan saling membutuhkan satu sama lain. Perubahan dari kepemimpinan yang konvensional ke distributed leadership dengan membangun kepercayaan, bukan melalui kepakaran. Vulnerability saat ini lebih pada saling membantu antar elemen. Pemimpin bukanlah orang yang paling tahu segalanya. Pemimpin akan merekrut orang yang lebih ahli dibandingkan dirinya agar tujuan yang dibentuk tercapai. Pemimpin menginspirasi dan membangkitkan tujuan utama dalam kelompoknya.
Cara mengatasi model kepemimpinan saat ini dapat diatasi dengan literasi baru dan kapasitas kognitif. Menurut Joseph Aoun (2017), literasi baru antara lain data literacy, technological literacy, dan human literacy. Kapasitas kognitif antara lain berpikir sistem, kewirausahaan, dan cultural agility. Menjadi pemimpin abad 21, berbagai tantangan antara lain menjadi expert yang kritis dan objektif, serta tidak malas berpikir, menggunakan bukti yang sah untuk membangun argumen dalam perdebatan, menyadari kekurangan diri dan keterbatasan perspektif, dan memisahkan antara ego dengan kebenaran yang empiris. Echo chamber merupakan salah satu hal yang dapat digunakan dalam suatu komunitas untuk menyaring informasi sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya. Beliau berharap dengan adanya echo chamber dapat menyaring informasi dan dapat menjadi pemimpi yang bijak dalam menentukan tujuan. Mir