Rangkuman Acara Webinar Series 10, Dies Natalis Fakultas Pertanian UGM ke-74 (diselenggarakan oleh Departemen Sosial Ekonomi Pertanian) dengan tema Politik Pangan Nasional menuju Indonesia Emas)
Yogyakarta, Faperta UGM. Dalam Rangka Dies ke 74 Fakultas Pertanian UGM, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian menyelenggarakan Webinar seri ke 3 pada hari Kamis, 22 Oktober 2020 yang bertemakan “Politik Pangan Nasional menuju Indonesia Emas” yang diselenggarakan melalui Zoom Webinar dan disiarkan secara luas di Live Youtube Media Faperta UGM.
Pada webinar kali ini mengundang 3 orang pembicara, yaitu Dr. Ir. Agung Hendriadi, M.Eng Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementrian Pertanian RI; Prof. Dr. Ir. Masyhuri, Guru Besar Departemen Sosial Ekonomi Pertanian; dan Dr. Jangkung Handoyo Mulyo, M,Ec., Ketua Departemen Sosial Ekonomi Pertanian.
Kegiatan webinar dibuka oleh penyampaian dari Prof. Dr. Ir. Masyhuri yang menyampaikan mengenai Integrasi agribisnis pangan. Perlu adanya perubahan dari pertanian tradisional menjadi agribisnis yang terintegrasi karena dengan begitu dapat meningkatkan produktivitas, kondisi kerja lebih baik, mengurangi beban tenaga kerja, meningkatkan skala ekonomi, dan meningkatkan profit pertanian. Integrasi yang diharapkan yaitu dengan mengembangkan agroindustri hulu dan hilir serta sistem pemasaran yang terintegrasi, penunjang yang kuat, usaha pertanian yang berdaya saing maka agribisnis dapat mandiri, berdaulat dan pertumbuhan ekonomi tinggi.
Di sisi lain, Dr. Jangkung Handoyo Mulyo, M.Ec. memberikan pandangan bahwa masalah pangan menjadi sangat penting karena apabila suatu negara yidak mampu mencukupi kebutuhan pangan warganya, maka negara tersebut dalam kondisi nation at risk karena akan sangat rentan terhadap tekanan internasional dari negara lain. Namun, terdapat beberapa tantangan untuk menjadikan pertanian sebagai penyedia pangan utama, yaitu kondisi petani yang apabila ditinjau dari tingkat pendidikannya, mayoritas berpendidikan rendah dan secara usia pun mayoritas sudah diatas 45 tahun. Masalah lain adalah laju konversi lahan pertanian yang tidak seimbang dengan pencetakan lahan pertanian, pertumbuhan populasi yang terus meningkat, serta GDP pertanian. Padahal, sektor pertanian menjadi strategis dan penting karena merupakan salah satu penyumbang lapangan kerja yang cukup besar di Indonesia dan sebagai penyedia bahan baku bagi industri. Sehingga keberadaan pangan harus diatur regulasinya oleh pemerintah.
Lebih lanjut Dr. Ir. Agung Hendriadi, M.Eng. memaparkan bagaimana sistem pangan nasional saat ini berdasarkan UU No. 18 tahun 2012 tentang Pangan yang menitikberatkan pada pentingnya ketahanan pangan nasional. Disampaikan bahwa seluruh penduduk Indonesia harus dicukupi kebutuhan pangannya tetapi apabila GDP turun maka berarti masih ada penduduk yang kelaparan. Terkait ketahanan pangan, terdapat tiga pilar utama, yaitu ketersediaan pangan yang berarti perlu dilakukan produksi terus-menerus, penguatan cadangan pangan dengan mengetahui berapa jumlah stok aman bagi seluruh penduduk, dan perbaikan pada pola konsumsi serta perbaikan gizi dan mutu pangan. Selain itu, juga dipaparkan bahwa isu ketahanan pangan saat ini yaitu adanya hambatan distribusi pangan antar daerah di Indonesia, adanya pembatasan ekspor, perubahan pola konsumsi masyarakat, baik kuantitas maupun kualitas, menjaga petani agar tetap berproduksi, ancaman kekeringan dan krisis pangan, serta perubahan sistem pemasaran ke arah transaksi online. MK & RA