Yogyakarta, Faperta UGM (31/8)- Magister Fitopatologi gelar kuliah tamu dengan topik Practical Application of Heat Shock-Induced Resistance in Agriculture. Inovasi dalam bidang pertanian gencar dilakukan antara lain dengan pengembangan penelitian mengenai pengendalian penyakit tumbuhan non-kimiawi. Prof. Tatsuo Sato Director, Center for International Field Agriculture Research and Education, College of Agriculture, Ibaraki University yang membidangi fitopatologi di Ibaraki University hadir berbagi pengalaman mengenai pengendalian embun tepung pada buah stoberi. Dr. Tri Joko dalam sambutannya, mengapresiasi kegiatan Magister Fitopatologi dan berharap Prof. Sato dapat berbagi pengalaman tentang penelitian di Ibaraki University khususnya bidang beliau.
Dalam praktiknya, pengelolaan penyakit tanaman dilakukan dengan tujuan mengurangi kejadian penyakit dan meningkatkan ketahanan melalui pemuliaan tanaman dan induksi ketahanan. Induksi ketahanan memiliki kelebihan dan kelemahan dalam implementasinya. Kelebihan induksi ketahanan reaksi bawaan tanaman terlepas dari gen ketahanan, perlakuan pra-infeksi dapat mengurangi keparahan penyakit, berada pada spektrum luas dalam mengendalikan berbagai macam pathogen, secara efektif melawan patogen yang tahan fungisida, selain itu dapat sebagai alternatif dalam penggunaan fungisida. Namun, induksi ketahanan memiliki kelemahan antara lain durasi efek yang pendek dan harga lebih tinggi dibandingkan fungisida. Keberhasilan dalam pengendalian embun tepung skala green house dengan menggunakan Hot Water Treatment (HWT). Penelitian yang dipimpin oleh Prof. Sato ini, telah membuktikan bahwa pengendalian embun tepung pada stroberi dengan penyemprotan air hangat setiap minggunya dapat menurunkan keparahan penyakit. Penyemprotan ini bertujuan untuk mengaktifkan HSIR. Stres abiotik yang terbentuk induksi ketahanan penyakit (cross resistance). Heat shock induced resistance (HSIR) memiliki dua jalur yaitu SAR dan HSF-mediated pathway. Mahasiswa HPT UGM nampak antusias dengan diskusi dan pertanyaan mengenai perkembangan pengendalian ini dapat diterapkan di negara tropis, khususnya Indonesia. Mir