Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada telah mengadakan Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Ke VII dengan tema “Peran Sumber Daya dalam Pembangunan Pertanian Berkelanjutan” pada tanggal 25-26 Agustus 2018. Dari tema tersebut, dibagi menjadi 9 Sub Tema, yakni: (1) Pembiayaan dan asuransi pertanian; (2) Daya saing komoditas pertanian; (3) Kebijakan dan politik dalam pembangunan pertanian; (4) Kelembagaan pertanian; (5) Teknologi informasi dan komunikasi dalam pertanian; (6) Pengembangan agro/ekowisata; (7) Kearifan lokal dalam pertanian; (8) Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam bidang pertanian; dan (9) Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan lingkungan dalam pertanian.
Seminar tersebut menampilkan empat orang narasumber yaitu 1. Menteri Sekretaris Negara, Prof. Dr. Pratikno, M.Sos.Sc., 2. Direktur Mikro dan Kecil BRI Ir. Priyastomo, MM, 3. Direktur PT NASA, Ir. Hana Indra Kusuma, M.P., dan 4. Ketua Departemen Sosial Ekonomi Pertanian UGM, Dr. Jangkung Handoyo Mulyo, M.Ec. Materi yang dibahas adalah Revolusi Industri 4.0 Pertanian paling terdisrupsi, Microfinance di Pertanian, Membangun Pasar Agribisnis, dan Peran Sumberdaya Air dalam Pertanian Berkelanjutan. Dalam seminar tersebut merumuskan 20 poin rumusan yaitu 1) Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan merupakan sektor strategis nasional yang berkontribusi signifikan pada pembangunan ekonomi (penyumbang 13,14 % PDRB dan menjadi penyedia tenaga kerja terbesar bagi angkatan kerja nasional), 2) meskipun berbagai kebijakan dan program pembangunan pertanian sudah dirumuskan dan diimplemantasikan, namun masih banyak kendala dan problematika dalam pembangunan pertanian nasional, 3) Problematika sektor pertanian nasional antara lain: skala usaha kecil, pelaku usaha berumur tua, pendidikan relatif rendah, akses input dan inovasi produksi terbatas, layanan penyuluhan terbatas, akses pembiayaan terbatas, pola usahatani umumnya individual, dan pengembangan kelompok usaha masih terbatas, 4) Desain pertanian masa depan sangat menentukan keberhasilan pembangunan pertanian karena pertanian diharapkan mampu memenuhi kebutuhan pangan dunia sehingga perlu memperhatikan aspek keberlanjutan sumberdaya alam, perubahan iklim dan intensifikasi lahan yang dapat berdampak pada kerusakan alam, pertumbuhan populasi yang semakin meningkat berdampak pada tingginya kebutuhan pangan dan sumberdaya alam lainnya, 5) Rancangan pembangunan pertanian masa depan harus membuat sistem pertanian yang efisien, inklusif dan resilien, 6) Kebijakan dan program pembangunan pertanian yang perlu dipromosikan adalah pembangunan pertanian berkelanjutan (Sustainable Agriculture Development) dengan tiga prinsip utama keberlanjutan dari segi ekonomi, ekologi, dan social, 7) Isu strategis yang perlu mendapat perhatian adalah integrasi antara pembiayaan produksi, pengelolaan usaha dan pemasaran produk yang dikelola dalam kelembagaan kelompok usaha/kelompok tani, 8) Salah satu inovasi skema pembiayaan yang cukup efektif melayani usaha pertanian telah dikembangkan bank BUMN oleh BRI melalui layanan kredit UMKM dengan bunga rendah 7% (mendapat subsidi bunga 13% dari pemerintah), 9) Kredit UMKM BRI pada tahun 2017 mencapai Rp 526 triliun dimana jumlah tersebut merupakan 75% dari total kredit. Kredit pertanian yang termasuk dalam kredit mikro mencapai Rp 229 triliun. Ditargetkan pertumbuhan kredit UMKM sebesar 15-17 % per tahun, 10) Model layanan baru pembiayaan melalui inovasi Financial Technology (Fintech) tidak dipandang sebagai ancaman oleh perbankan konvensional namun justru akan menjadi peluang untuk dapat diintegrasikan dan memberikan pelayanan yang lebih luas pada pengguna, 11) Peningkatan efektivitas dan efisiensi akses pembiayaan pada usaha pertanian dapat dikembangkan melalui sistem pembayaran dan sistem pembiayaan dengan mengunakan kartu elektonik yang dapat diintegrasikan dengan program lain seperti subsidi input, bantuan sosial, bantuan pendidikan, dll. Pengembangan kartu tani menjadi salah satu program yang prospektif untuk peningkatan efektivitas dan efisiensi serta terintegrasi dengan basis data petani dan usahatani yang bermanfaat bagi semua stakeholders yang terkait, 12) Isu strategis sebagai solusi pembangunan pertanian di Indonesia dapat dilakukan dengan pengembangan wirausaha pertanian didekati dengan sistem kelompok, modernisasi pengolahan hasil pertanian dan pemasaran hasil produksi yang telah memiliki nilai tambah yang menguntungkan, 13) Pentingnya sinergi antara perguruan tinggi, pemerintah pada berbagai kementerian, lembaga serta pemerintah daerah, swasta dan masyarakat, 14) Usaha pertanian akan berkelanjutan (sustain) melalui integrasi pengembangan pada aspek hulu dan hilir berbagai produk produk pertanian. Keberlanjutan tidak hanya pada akses input dan teknologi produksi namun juga prosesing dan jaminan akses pasar produk, 15) Dampak revolusi industri 4.0 pada bidang pertanian menjadikan sektor paling terdisrupsi di dunia, terlihat dengan adanya fenomena deep shift yang menyebabkan struktur faktor produksi seperti nilai lahan, jumlah tenaga kerja dan faktor alam bukan faktor pendorong keberhasilan usaha pertanian, 16) Disrupsi inovasi saat ini dan masa mendatang akan merubah landskap bisnis pertanian. Pengembangan inovasi teknologi dan pemanfaatan big data serta sistem aplikasi/sistem informasi pada sektor agro akan menjadi penentu kepasitas dan efisiensi produksi, 17) Luas lahan pertanian, jumlah tenaga kerja melimpah dan kemurahan sumberdaya alam dalam batas tertentu bukan lagi menjadi determinan faktor dalam kapasitas produksi pertanian. Belanda dengan luas lahan pertanian yang kecil dan tenaga kerja pertanian sedikit telah membuktikan bahwa inovasi teknologi yang dikombinasikan dengan sistem inovasi informasi digital telah menjadi eksportir produk agro nomor 2 di dunia, 18) Sektor pertanian sebagai salah satu sektor yang paling terdisrupsi oleh adanya inovasi teknologi 4.0 sebenarnya mamilki peluang sangat besar untuk mendorong kreativitas penciptaan produk-produk baru yang efisien dan memiliki nilai ekonomi tinggi, 19) Revolusi pertanian ke depan sejalan dengan era disrupsi teknologi dapat mencakup: digitalisasi sistem, pengembangan bioteknologi dan efisiensi proses produksi yang hemat lahan dan air dengan kemampuan produktivitas tinggi, 20) Negara memiliki peran yang penting dalam menciptakan sistem pangan nasional dengan dukungan dan fasilitasi pada masyarakat agar memilki kemampuan produksi masal yang efisien, kemampuan memproses dan menyimpan hasil produksi serta peningkatan akses produk. Program-program pengembangan teknologi dan berbagai kebijakan subsidi dan insentif memiliki peran penting untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional.