Sebanyak 388 mahasiswa dari berbagai fakultas di Universitas Gadjah Mada mengikuti kelas belajar Bahasa Jepang (Japanese Class Nihongo No Nakama) yang diadakan mulai tanggal 2 hingga 11 September 2024 di Gedung Rachmiwaty, Fakultas Pertanian UGM. Kegiatan ini menghadirkan dua mahasiswa dari Yamagata University, Jepang, yakni Rina Shirahata dari Art Major, Faculty of Humanities and Social Sciences, dan Haruka Ishiguro dari Mass Media Communication Major, Faculty of Humanities and Social Sciences sebagai mentor Bahasa Jepang.
Dalam pelaksanaannya, para peserta akan dibagi dalam beberapa kelompok kecil berisi 30 orang. Kemudian mereka diajak untuk belajar Bahasa Jepang, mulai dari pengenalan huruf hiragana dan katakana, tata bahasa dasar, hingga percakapan sehari-hari seperti salam dan pengenalan diri dalam Bahasa Jepang.
Tak hanya itu, peserta kelas juga berkesempatan untuk melakukan kegiatan memasak makanan khas Jepang seperti okonomiyaki, kari jepang, dan onigiri. Kegiatan ini menciptakan ruang diskusi yang sangat interaktif, terbukti para peserta dapat berbagi pengetahuan satu sama lain terkait pengetahuan Bahasa dan Budaya Jepang yang dimilikinya.
“Kami dibagi menjadi beberapa kelompok, dengan anggota berasal dari berbagai fakultas dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam penguasaan Bahasa Jepang. Akan tetapi, hal ini membuat kelas semakin seru karena kami saling berbagi pengetahuan,” ungkap Irfan, salah satu peserta kelas Bahasa Jepang yang berasal dari Fakultas MIPA.
Rangkaian kegiatan pengenalan Bahasa dan Budaya Jepang ini mendapat sambutan yang sangat antusias dari mahasiswa di berbagai fakultas di UGM. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa UGM memiliki minat yang tinggi terhadap Budaya dan Bahasa Jepang.
Kegiatan ini menjadi bukti komitmen Fakultas Pertanian UGM dalam mendukung keberhasilan Sustainable Development Goals terutama yaitu SDG 4: Pendidikan Berkualitas dan SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.
Penulis: Karina Nisa Intan Kusuma
Editor: Agrit Kirana Bunda
Acara AgriFest 2024 yang diselenggarakan oleh Pusat Inovasi Agroteknologi (PIAT) UGM memberikan sarana belajar public speaking bagi salah seorang mahasiswi Fakultas Pertanian UGM. Melalui acara talkshow nasional yang diselenggarakan di hari pertama kegiatan AgriFest 2024 yaitu pada Kamis, 5 September 2024, Havidah Tria Yunita, mahasiswi Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian angkatan 2021 dipercaya sebagai moderator. Adapun ia memoderatori talkshow nasional sesi I yang bertemakan “Menguatkan Program Ketahanan Pangan untuk Mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045”.
Mahasiswi yang kerap disapa Tria tersebut menceritakan awal mula ia mendapatkan kesempatan emas ini. Ia dihubungi oleh seorang alumni Fakultas Pertanian UGM, Muhammad Fajar Ridqi, S.P., yang terlibat langsung sebagai Koordinator Lapangan Acara pada acara AgriFest 2024. Tria, yang saat ini telah memasuki semester tujuh dalam studinya, memiliki waktu luang yang cukup banyak, sehingga ia pun mengiyakan tawaran tersebut. Walaupun Tria tidak memiliki pengalaman menjadi moderator dalam acara talkshow yang resmi dengan topik yang spesifik membahas sektor pertanian, Tria pun melakukan beberapa persiapan, seperti mencari tahu tentang para narasumber, menggali lebih dalam topik ketahanan pangan, serta mempelajari teknik public speaking sebagai seorang moderator.
“Sebenarnya, saya pernah menjadi moderator, tetapi biasanya moderator di acara yang tidak terlalu formal dan tidak membahas spesifik sektor pertanian. Maka, ini menjadi pengalaman pertama saya sebagai moderator di talkshow nasional yang fokus pada sektor pertanian. Supaya saya bisa tampil dengan maksimal, saya berusaha mempelajari terlebih dahulu terkait topik yang akan dibawakan, kurang lebih selama tiga hari,” ujar Tria.
Setelah menyelesaikan tugasnya menjadi moderator, Tria mengemukakan perbedaan yang ia rasakan antara menjadi moderator formal dan non formal, khususnya dalam acara talkshow tingkat nasional yang diikuti oleh petani. Tria menjelaskan, ia merasa pengalamannya menjadi moderator kali ini dipenuhi dengan improvisasi, di mana ia harus bisa interaktif dengan audiens dan menyesuaikan gaya bahasa yang ia gunakan agar lebih diterima oleh audiens.
“Karena di talkshow ini audiensnya rata-rata adalah petani, sehingga selama menjadi moderator tadi saya menyesuaikan bahasa saya, yaitu lebih banyak menggunakan bahasa sehari-hari. Dari beberapa catatan yang saya dapatkan dari materi oleh para narasumber, saya mengolah kembali bahasa akademisi menjadi bahasa yang lebih sederhana, sehingga lebih memudahkan audiens untuk memahami,” jelas Tria.
Bagi Tria, pengalaman ini menjadi pengalaman yang membawa banyak pembelajaran untuk berbagai kesempatan lain kedepannya. Ia menyadari terdapat beberapa evaluasi atas penampilannya, sehingga ia bertekad untuk terus belajar dan menjadi moderator yang lebih baik lagi. Di samping itu, Tria merasa lega dan puas atas keberhasilannya tampil berani menjadi moderator di talkshow kali ini.
Usaha yang dikeluarkan oleh Tria, salah satu mahasiswi berprestasi yang juga seorang Duta Budaya DIY 2024, menjadi bukti nyata keberhasilan Fakultas Pertanian UGM untuk memberikan peluang bagi mahasiswa mengembangkan diri. Tak hanya itu, hal ini juga menjadi komitmen untuk mencapai tujuan SDG 1: Tanpa Kemiskinan, SDG 2: Tanpa Kelaparan, SDG 4: Pendidikan Berkualitas, SDG 10: Berkurangnya Kesenjangan, dan SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.
Penulis: Hanita Athasari Zain
Editor: Desi Utami
Foto: Media Faperta UGM dan PIAT UGM
Fakultas Pertanian UGM Tularkan Visi Smart Eco-bioproduction kepada Pengunjung AgriFest 2024 di PIAT
Visi Fakultas Pertanian UGM yang selalu digaungkan, yaitu Smart Eco-bioproduction, tidak hanya menjadi semangat bagi civitas akademika di dalam lingkungan Fakultas Pertanian UGM. Visi ini pun digelorakan kepada para pengunjung booth Fakultas Pertanian UGM selama acara AgriFest 2024 pada 5-7 September 2024 di Pusat Inovasi Agroteknologi (PIAT) UGM. Melalui pembagian souvenir berupa botol minum (tumbler) dan bibit kelapa, Fakultas Pertanian UGM menginginkan agar masyarakat menyadari pentingnya gerakan hidup sehat dan cita-cita kemandirian pangan.
Penanggung jawab keterlibatan Fakultas Pertanian UGM dalam acara AgriFest 2024, Desi Utami, S.P., M.Env.Sc., Ph.D., menyampaikan bahwa kehadiran Fakultas Pertanian UGM di lingkungan masyarakat harus memberikan dampak positif. Untuk itu, pembagian souvenir berupa tumbler dan bibit kelapa dilakukan bukan tanpa alasan, tetapi menjadi suatu upaya untuk menularkan visi Smart Eco-bioproduction.
“Kita membagikan sebanyak 60 buah tumbler dan 30 bibit kelapa. Hal ini kita tujukan sesuai visi dan tagline kita, yaitu Smart Eco-bioproduction, dan juga untuk mengikuti instruksi Rektor UGM mengenai gerakan hidup sehat dan meminimalisir sampah sekali pakai,” jelas Desi.
Desi menambahkan, bibit kelapa yang dibagikan kepada para pengunjung adalah bibit kelapa Genjah. Bibit kelapa ini merupakan hasil nursery kelapa di Kebun UGM Mangunan, Bantul, yang dapat berbuah pada usia 5 tahun setelah tanam. Pembagian bibit kelapa menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan minat masyarakat dalam gerakan menanam tanaman produktif yang bermanfaat, serta untuk mewujudkan kemandirian dan ketahanan pangan.
Usaha nyata yang dilakukan oleh Fakultas Pertanian UGM untuk meningkatkan gerakan pola hidup sehat dan gerakan menanam oleh masyarakat umum menjadi wujud kuatnya komitmen untuk mencapai tujuan SDG 1: Tanpa Kemiskinan, SDG 2: Tanpa Kelaparan, SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera, SDG 4: Pendidikan Berkualitas, SDG 13: Penanganan Perubahan Iklim, dan SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.
Penulis: Hanita Athasari Zain
Foto: Media Faperta UGM
Fakultas Pertanian UGM kembali membuka kelas Bahasa Jepang yang dapat diikuti oleh tidak hanya mahasiswa Fakultas Pertanian UGM, tetapi juga seluruh mahasiswa Universitas Gadjah Mada dari berbagai fakultas dan sekolah. Kelas yang dilaksanakan selama satu minggu sejak 2 September hingga 11 September 2024 mendatang, akan diisi secara langsung oleh mahasiswi Yamagata University, Japan. Pada hari Selasa, 3 September 2024, pimpinan Fakultas Pertanian UGM menyambut dan menerima baik kedatangan dua mahasiswi Yamagata University.
Dalam penerimaan tersebut, Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Kerja Sama Fakultas Pertanian UGM, Prof. Subejo, S.P., M.Sc., Ph.D., menyampaikan bahwa student mobility dari Yamagata University sudah dilakukan lebih dari tiga tahun. Bahkan Fakultas Pertanian UGM sudah aktif mengirim mahasiswa untuk mengikuti pertukaran pelajar ke Yamagata University lebih dari 10 tahun. Beliau menambahkan bahwa program kelas Bahasa Jepang ini sangat bermanfaat untuk kedua belah pihak, baik bagi mahasiswa Yamagata University, maupun mahasiswa UGM.
“Mahasiswa Yamagata University berkesempatan belajar budaya Indonesia sekaligus memperluas perspektif kehidupan akademik dan kehidupan sosial di Indonesia. Sementara itu, mahasiswa UGM juga dapat belajar bahasa dan budaya Jepang, serta memperluas international exposure,” jelas Prof. Subejo.
Adapun kedua mahasiswi Yamagata University yang akan menjadi pengajar dalam kelas Bahasa Jepang, yaitu Rina Shirahata dari Art Major, Faculty of Humanities and Social Sciences dan Haruka Ishiguro dari Mass Media Communication Major, Faculty of Humanities and Social Sciences. Mereka akan menjadi pengajar bahasa Jepang yang diikuti oleh rata-rata 30 mahasiswa UGM di tiap sesi, di mana total sesi kelas Bahasa Jepang adalah sebanyak 16 sesi.
Penerimaan mahasiswa Yamagata University oleh Fakultas Pertanian UGM menjadi salah satu komitmen besar untuk menciptakan lingkungan pembelajaran di institusi pendidikan tinggi yang terbuka terhadap international exposure dengan kesempatan bagi seluruh mahasiswa UGM. Ini menjadi upaya bersama untuk mewujudkan SDG 4: Pendidikan Berkualitas, SDG 10: Berkurangnya Kesenjangan, dan SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.
Penulis: Hanita Athasari Zain
Editor: Desi Utami
Foto: Media Faperta UGM
Mahasiswa Magister Ekonomi Pertanian angkatan 2023 melaksanakan kegiatan Widyakarya di Malaysia pada 11 hingga 15 Agustus 2024 lalu. Kegiatan yang diikuti oleh 19 orang mahasiswa tersebut bertujuan untuk memenuhi mata kuliah wajib dan mempelajari berbagai institusi dan instansi pertanian yang ada di Malaysia. Kegiatan Widyakarya didampingi oleh Prof. Dr. Ir. Irham, M.Sc. dan Dr. Hani Perwitasari, S.P., M.Sc. selaku dosen pembimbing.
Malaysia Palm Oil Board (MPOB), Beryl’s (Industri Coklat), dan Malaysian Agricultural Research and Development (MARDI) menjadi tujuan utama dari kegiatan Widyakarya tersebut. Malaysia dipilih menjadi negara kunjungan karena dinilai sebagai kompetitor utama kelapa sawit di Indonesia dan terkenal dengan industri coklatnya. Kegiatan Widyakarya tesebut bertujuan untuk menambah wawasan internasional bagi mahasiswa sekaligus mempelajari potret pertanian khususnya kelapa sawit dan coklat yang ada di Malaysia.
Dr. Hani Perwitasari, S.P., M.Sc. selaku dosen pembimbing kegiatan Widyakarya menyampaikan beberapa harapannya terkait dengan pelaksanaan program ini kepada mahasiswa.
”Harapannya mereka mendapat insight baru, utamanya tentang mekanisme perkembangan kelapa sawit di sana, perkembangan UMKM, hilirisasi produk-produk pertanian karena hal tersebut dapat meningkatkan umur ekonomi dari produk-produk pertanian,” tutur Hani.
Kegiatan Widyakarya Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian UGM ini menjadi bukti nyata dari komitmen untuk mencapai tujuan SDG 4: Pendidikan Berkualitas, SDG 9: Industri, Inovasi, dan Infrastruktur, dan SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.
Penulis: Wilhelmina Alexandra Valmay Putri Aberth
Editor: Desi Utami
Foto:Magister Ekonomi Pertanian
Fakultas Pertanian UGM berkontribusi aktif dalam acara AgriFest 2024 yang diselenggarakan oleh Pusat Inovasi Agroteknologi (PIAT) UGM, mulai dari 5 September 2024 hingga 7 September 2024. Pada hari pertama, salah seorang Guru Besar Bidang Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian UGM, Prof. Dr. Jamhari, S.P., M.P., menjadi narasumber dalam talkshow nasional dengan topik “Kolaborasi Multistakeholders menuju Indonesia Emas 2045”.
Melalui paparannya di depan para peserta yang terdiri atas peneliti, petani, mahasiswa, serta siswa dari sekolah kejuruan pertanian, Prof. Jamhari menjelaskan tantangan utama menuju Indonesia Emas adalah menentukan cara untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara maju yang diiringi dengan tingkat ketahanan pangan nasional. Untuk itu, Prof. Jamhari menegaskan pentingnya kolaborasi dan sinergi dari berbagai pemangku kepentingan, mulai dari industri benih, pupuk, mesin, permodalan, sampai dengan pihak perguruan tinggi selaku akademisi.
“Kita tidak bisa menjadi negara maju apabila pangan nasional bermasalah yang mungkin akan berdampak pada peningkatan impor. Oleh karena itu, sinergi dan kolaborasi berbagai pemangku kepentingan sangat kita butuhkan,” jelas Prof. Jamhari.
Sebagai salah satu Guru Besar Fakultas Pertanian UGM yang secara khusus membidangi keilmuan sosial ekonomi pertanian, Prof. Jamhari memaparkan kelembagaan, seperti koperasi pertanian, bisa menjadi wadah bagi para petani dan pemangku kepentingan lainnya untuk berkolaborasi. Bukan tanpa sebab, Prof. Jamhari pun merupakan seorang pendiri Koperasi Pertanian BMT Barokah di Imogiri Timur, Bantul, pada tahun 1999 bersama rekan-rekannya. Selain itu, Prof. Jamhari juga pernah menjabat sebagai Ketua Koperasi UGM pada tahun 2006 selama dua periode.
Prof. Jamhari menjabarkan fakta berdasarkan data yang dimiliki, di mana tingkat keaktifan petani sebagai anggota kelompok tani hanya sebesar 30%. Di samping itu, keaktifan petani dalam kelembagaan sebuah koperasi hanya 4%. Padahal, kolaborasi pertama yang paling bisa dilakukan oleh petani adalah kolaborasi melalui koperasi. Dari kenyataan ini, maka Prof. Jamhari kembali menguraikan perlunya memperkuat sinergi petani dengan berbagai level stakeholders.
Kehadiran Guru Besar Fakultas Pertanian UGM sebagai narasumber di kegiatan tingkat nasional menjadi komitmen nyata untuk mencapai tujuan SDG 1: Tanpa Kemiskinan, SDG 2: Tanpa Kelaparan, SDG 10: Berkurangnya Kesenjangan, SDG 16: Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh, serta SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.
Penulis: Hanita Athasari Zain
Editor: Desi Utami
Foto: Media Faperta UGM
Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar Innovation Bootcamp Kewirausahaan yang berlangsung pada 23-27 Agustus 2024. Rangkaian acara ini merupakan bagian dari Mata Kuliah Kewirausahaan Mikrobiologi yang dikoordinatori oleh Ir. Donny Widianto, Ph.D. dengan tim pengajar, yaitu Toronata Tambun, dan Nur Akbar Arofatullah, S.P., M.Biotech., Ph.D. Kelas dengan konsep project-based ini memberikan gambaran tentang dunia kewirausahaan berbasis inovasi kepada mahasiswa.
Bootcamp bertujuan untuk mengizinkan mahasiswa merasakan secara fire-hose perjalanan dengan framework yaitu 24 Disciplined Entrepreneurship. Rangkaian acara yang diadakan selama lima hari tersebut dimulai dengan doktrin paying customer ataupun sopo sing arep bayar. Berbeda dengan pemahaman latah startup, framework ini mencakup 5 doktrin dasar yang meliputi 1) tidak tergila-gila produk, 2) fokus kepada paying customer (bukan market, bukan segment, tetapi siapa yang mau beli dan bisa scaling), 3) iterasi, 4) strategy is about being unique (dan unik itu bukan di produk), 5) dan melihat dari belakang kepala paying customer.
Sejak hari pertama bootcamp, 34 peserta mahasiswa dibagi menjadi beberapa tim yang terdiri atas 3-4 orang, dimulai dengan ideation (step 0) yang mungkin berasal dari paying customer yang mengetahui adanya masalah untuk dipecahkan. Selain itu, bisa juga dilihat dari founder yang mempunyai good sense making, sehingga bisa memulai ideation dengan teknologi sebagai awal iterasi, atau campuran keduanya. Dilanjutkan dengan memastikan ide tersebut memiliki kemungkinan 14 potential paying customers yang dibedakan berdasarkan tiga hal, antara lain 1) same sales process, 2) same solution, 3) same word of mouth. Setelahnya, dilakukan narrowing 14 to 8 to 1 as beachhead. Beachhead tersebut mendefiniskan end-user yang perlu diketahui jumlahnya untuk menentukan target pasar yang disepakati sebesar dua juta USD.
Acara bootcamp dilanjutkan dengan modul kedua, yaitu solution, di hari kedua dan ketiga untuk memahami dan mengintegrasi masalah dengan solusi yang ditawarkan pada hari kedua dan ketiga mencakupi memahami full life cycle use case, dalam mengiterasi high level spec solution, dan mendefinisikan sebagaimana adanya dan keadaan yang mungkin untuk mencari selisih value, lalu mendefiniskan posisi competitor serta keunikan yang dimiliki masing-masing tim.
Kunci bootcamp ini ada pada mentor yang mendampingi mahasiswa sepanjang kelas dan setelah kelas usai yaitu antara lain Richard Mote, S.T. (mahasiwa Master of Science, Shanghai Jiaotong sekaligus Founder sebuah Startup Pertanian), Nicholas Sidharta, S.T. (Mahasiswa S2 Perikanan UGM dan Founder sebuah Startup Perikanan), Charles Fuad, MD, (Cambridge University), Anderson Tan, Alika Clarissa, Daniel Silitonga (STEI-ITB), dan Fahimudin Tamash S,P. Ketujuh mentor tersebut pernah mengikuti Innovation Bootcamp yang diampu Toronata Tambunan atau yang sering disapa Toro, baik itu di STEI-ITB, DTNTF UGM ataupun di Faperta UGM.
Puncak dari acara bootcamp ini adalah pitching dalam waktu tiga menit menggunakan Bahasa Inggris untuk menyampaikan permasalahan yang dialami persona, solusi yang ditawarkan oleh tim dan kelebihan team. Koordinator Mata Kuliah Kewirausahaan Mikrobiologi, Toronata Tambun dan Ir. Donny Widianto, Ph.D., menegaskan bahwa bootcamp diadakan untuk mencetak generasi yang anti-fragile dan bukan sekedar menciptakan startup latah.
“Kami berharap adanya bootcamp ini dapat memfasilitasi mahasiswa untuk menjadi pribadi dengan mentalitas yang tangguh, tahan terhadap berbagai guncangan hidup serta berani berwirausaha untuk menciptakan solusi bagi tantangan pertanian di Indonesia,” jelas Donny.
Dengan adanya kegiatan Innovation Bootcamp ini, Fakultas Pertanian UGM semakin berkomitmen untuk turut serta menyediakan pendidikan berkualitas serta menjadi upaya nyata untuk mencapai tujuan SDG 4: Pendidikan Berkualitas, SDG 10: Berkurangnya Kesenjangan, dan SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.
Reportase: Severinus Adrian Maitri
Editor: Desi Utami
PT Pagilaran sebagai private company yang bergerak dalam bidang perkebunan, perindustrian, perdagangan, dan konsultasi sebagai bagian dari Universitas Gadjah Mada (UGM). PT Pagilaran dikenal karena ciri khasnya yang membedakan dari produsen teh lainnya di Indonesia. Sekitar 60% dari teh yang ditanam dan diproduksi di PT Pagilaran berasal dari seedling, sedangkan sebagian besar produsen teh lain menggunakan klon atau stek. Hal ini memberikan karakter rasa dan aroma yang sangat khas pada teh Pagilaran.
PT Pagilaran baru-baru ini mengumumkan pencapaian terbaru mereka dalam penelitian dan pengembangan teh. Dalam acara Kenal Kebun 2024, PT Pagilaran UGM memperkenalkan inovasi berupa klon-klon unggul teh yang telah dilepas secara nasional yaitu: PGL 1, PGL 3, PGL 4, PGL 10, PGL 11, PGL 12, dan PGL 15. Selain itu, PT Pagilaran UGM saat ini sedang melakukan persilangan antara dua spesies teh yang berbeda yaitu Asamika dan Sinensis. Klon baru ini mengintegrasikan keunggulan dari kedua jenis teh tersebut. Persilangan ini menghasilkan produk dengan kualitas yang unggul yaitu kadar aroma yang lebih kaya dan khas serta memiliki produktivitas tinggi.
Taufan Alam, S.P., M.Sc., Dosen Fakultas Pertanian UGM sekaligus Direktur Produksi PT Pagilaran yang juga terlibat dalam kegiatan penelitian ini mengungkapkan harapannya bahwa persilangan teh ini kedepan akan menjadi unggulan PT Pagilaran untuk lebih meningkatkan produktivitas serta kualitas teh sehingga memperkuat posisi Pagilaran dalam percaturan industri teh nasional maupun internasional.
“Penelitian persilangan antara Asamika dan Sinensis pada awalnya diinisiasi oleh Prof. Dr. Ir. Taryono, M.Sc., selain itu dalam rangka meningkatkan efisiensi produksi, PT Pagilaran UGM telah melakukan revitalisasi dengan mengadopsi teknologi terbaru. Mesin pemetik modern kini digunakan untuk memastikan proses pemetikan teh yang lebih efisien dan berkualitas tinggi” ujar Taufan.
Dalam upaya untuk memperluas jangkauan pasar, PT Pagilaran UGM juga memasarkan produknya ke pasar internasional yaitu: Malaysia, Jepang, UEA, India, Inggris, Polandia, Rusia, Amerika Serikat, dan Kenya. Salah satu produk baru yang diluncurkan adalah Artisan Tea dengan merk Pajavarta Tea, yang menawarkan campuran teh inovatif dengan keragaman rempah dan bunga. Produk ini memiliki komposisi unik sehingga memberikan variasi rasa yang menarik.
Dengan adanya inovasi ini, PT Pagilaran UGM telah menunjukkan komitmen terhadap point SDG 1: Tanpa Kemiskinan, SDG 2: Tanpa Kelaparan, SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera, SDG 4: Pendidikan Berkualitas, SDG 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi, SDG 9: Industri Inovasi dan Infrastruktur, SDG 12: Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab, dan SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan
Penulis: Alkhansa Khairunnisa
Editor: Desi Utami
Fakultas Pertanian UGM mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat yang berfokus pada pemberdayaan ekonomi masyarakat petani semangka di Kabupaten Sleman. Pengabdian ini merupakan kerja sama antara Fakultas Pertanian UGM dengan PT Indomarco Prismatama. Kegiatan berlangsung pada Rabu, 4 September 2024 di lahan demonstrasi plot (demplot) Fakultas Pertanian UGM yang berlokasi di Dusun Juwangen, Kalurahan Purwomartani, Kabupaten Sleman.
Kegiatan pengabdian dipimpin oleh Dody Kastono, S.P., M.P., dosen Departemen Budidaya Pertanian UGM yang merupakan ketua tim, bersama anggota tim yang terdiri atas Andi Syahid Muttaqin, S.Si., M.Si., Ph.D. selaku dosen Departemen Tanah, Dr. Dyah Woro Untari, S.P., M.P. selaku dosen Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, serta dua asisten pendamping, yaitu Septian Adira Danindra, S.P. dan Unaitsa Azzahroh, S.P. Dalam kegiatan tersebut, Dody memberikan penjelasan mengenai teknis penyerbukan buatan untuk tanaman semangka. Kemudian, dilanjutkan dengan pemaparan mengenai pentingnya kedisiplinan petani dalam merawat dan memupuk tanaman. Selain itu, Dody menambahkan terkait dinamika kelompok di mana kekompakan anggota kelompok dalam mengikuti kegiatan penyuluhan juga menjadi unsur yang sangat penting.
Pada pemaparannya yang disimak oleh petani mitra yang tergabung dalam organisasi Petani Milenial Sleman (PMS), Dody menjelaskan lebih lanjut mengenai perlunya mempertahankan tiga sulur dengan satu sulur untuk suplai makanan dan dua sulur untuk buah. Hal tersebut dapat dilakukan pada semangka varietas Lentera.
“Dengan perlakuan seperti ini, apabila dalam 1000 m2 lahan terdapat 400 tanaman dan tiap tanaman menghasilkan 10 kilogram, maka para petani bisa memperoleh jumlah panen semangka mencapai 4 ton,” jelas Dody.
Juwadi, salah satu petani dari Dusun Juwangen, mengemukakan adanya situasi ketika bunya jantan varietas Bali Flower berkualitas rendah, sehingga ia menggunakan dua bunga jantan untuk membuahi satu bunga betina. Menanggapi hal tersebut, Dody mengatakan tindakan Juwadi sudah tepat. Hal ini didukung pula oleh Purwanta, petani Juwangen, yang menyampaikan usaha petani untuk menyelesaikan penyerbukan dalam satu waktu di pagi hari. Mengenai penyerbukan, Dody juga menegaskan bahwa keberhasilan penyerbukan ditentukan oleh jumlah tenaga kerja terampil yang dikelola oleh petani itu sendiri. Petani perlu memperhitungkan kapasitas tiap tenaga kerja dibandingkan dengan populasi bunga di pohon.
Teknik pembrongsongan buah semangka selepas penyerbukan yang pernah disampaikan oleh tim pengabdian Fakultas Pertanian UGM, diterima baik oleh petani karena bermanfaat sebagai antisipasi gangguan lalat buah. Pembrongsongan ini meningkatkan penampilan dan kecerahan kulit buah semangka, tidak memerlukan semprotan untuk pemasakan buah, dan meningkatkan volume buah.
Walaupun begitu, petani menyampaikan keluhan adanya permasalahan yang dijumpai setelah melakukan pembrongsongan, yaitu beberapa buah teridentifikasi kering, bentuknya tidak bulat, atau buah menjadi pecah. Menanggapi hal tersebut, Dody menyarankan untuk melakukan pembrongsongan satu minggu setelah penyerbukan dan dipastikan tangkai buah tidak terlipat.
Kegiatan pengabdian diakhiri dengan penyampaian strategi pemanenan varietas-varietas semangka dan persiapan keikutsertaan display semangka petani dalam kegiatan jalan sehat keluarga Fakultas Pertanian UGM pada Minggu, 22 September 2024 mendatang. Display yang disertai dengan penjualan buah semangka tersebut diharapakan mampu mengenalkan produk semangka oleh petani Kabupaten Sleman sebagai hasil binaan oleh Fakultas Pertanian UGM yang bekerja sama dengan PT Indomarco Prismatama.
Pengabdian yang dilakukan Fakultas Pertanian UGM ini menjadi upaya nyata untuk mendukung tercapainya SDG 1: Tanpa Kemiskinan, SDG 2: Tanpa Kelaparan, SDG 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi, SDG 10: Berkurangnya Kesenjangan, SDG 15: Ekosistem Daratan, serta SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.
Penulis: Dyah Woro Untari
Editor: Hanita Athasari Zain
Foto: Dokumentasi tim pengabdian