Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta (22/7) – Acara Pembukaan Dies Natalis ke-76 Fakultas Pertanian UGM dengan tema “Menggelorakan Pertanian Merdeka” telah resmi diselenggarakan. Dalam sambutannya, Dekan Fakultas Pertanian, Ir. Jaka Widada, M.P., Ph.D. menyampaikan bahwa, berdasarkan tema yang diusung dalam Dies Natalis tahun ini, diharapkan Fakultas Pertanian dapat memberikan kontribusinya untuk membangun pertanian yang mandiri dan berdaya saing.
Pembukaan Dies Natalis ke-76 Fakultas Pertanian UGM diawali dengan senam yang dilangsungkan di Area Gazebo Fakultas Pertanian UGM dan dilanjutkan dengan sarapan bersama. Kemudian diisi dengan sambutan oleh Ketua Dies Natalis ke-76 Fakultas Pertanian UGM, Alan Soffan, S.P., M.Sc., Ph.D. Beliau menyampaikan bahwa Dies Natalis sebagai suatu renungan untuk kembali berbenah diri dan sebagai sarana untuk saling berinteraksi mempererat tali silahturahmi. Acara berlangsung meriah dan ditutup dengan pembagian doorprize serta diakhiri dengan doa bersama. Selanjutnya aka nada berbagai acara untuk memeriahkan Dies Natalis yang akan berlangsung tanggal 22 Juli – 27 September 2022
Segenap Keluarga Besar Fakultas Pertanian Mengucapkan Selamat dan Sukses atas telah diterbitkannya SK Guru Besar kepada :
Prof. Dr. Ir. Alim Isnansetyo, M.Sc.
Prof. Dr. Ir. Sri Nuryani Hidayah Utami, M.P., M.Sc.
Prof. Dr.Ir. Murwantoko, M.Si.
Semoga amanah dengan tanggung jawab yang baru dan sukses selalu.
#fapertaugm
#pertanianugm
#ugmyogyakarta
Pusat Kajian Kebijakan Pertanian (PAKTA) Fakultas Pertanian UGM dengan bekerja sama dengan Institute for Rural Development (IfoRD) dan KAGAMA Fakultas Pertanian UGM mengadakan seminar nasional dengan tema Quo Vadis Subsidi Pupuk. Seminar diselenggarakan pada Senin, 18 Juli 2022 di Hotel University Club (UC) UGM. Seminar ini membahas isu strategis yang saat ini sedang hangat, yaitu permasalahan-permasalahan terkait subsidi pupuk dan bertujuan untuk menghasilkan rekomendasi yang logis dan realistis. Acara ini mendapat sambutan baik dari Sekjen KAGAMA Pertanian, Prof. Achmadi Priyatmojo dan dibuka secara resmi oleh Dekan Fakultas Pertanian UGM, Ir. Jaka Widada, M.P., Ph.D.
Seminar dimoderatori langsung oleh Ketua PAKTA UGM, yaitu Subejo, S.P., M.Sc. Ph.D. Paparan dalam seminar diawali dengan penyampaian hasil kajian dari Tim PAKTA UGM yang diwakili oleh Dr. Jamhari, S.P., M.P. Berdasarkan hasil kajian, diketahui bahwa pupuk terbukti secara signifikan meningkatkan produktivitas pertanian. Oleh karena itu, apabila subsidi dihapuskan maka dalam jangka pendek akan menurunkan produktivitas dan secara jangka panjang akan memengaruhi ketahanan pangan negara. Untuk memperluas perspektif dalam merumuskan kebijakan, seminar juga menghadirkan perwakilan petani, yaitu Alip Sutomo (Untung), untuk menyampaikan testimoninya terkait dengan permasalahan subsidi pupuk yang dialami petani. Untung menyatakan bahwa permasalahan yang mereka hadapi adalah keterlambatan dan keterbatasan kuota subsidi pupuk serta permasalahan kartu tani yang menjadi syarat untuk mengakses subsidi pupuk. Sejauh ini, yang petani lakukan untuk menghadapi kelangkaan pupuk adalah dengan melakukan modifikasi pemupukan dengan menggunakan pupuk organik cair (POC).
Selanjutnya, paparan mengenai hasil kajian tim dan testimoni petani direspons oleh pembahas yaitu, Ir. K.R.T. H. Darori Wonodipuro, M.M. dari Komisi IV DPR RI, Ir. Sugeng Purwanto, MMA selaku Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi DIY, dan Soeroyo sebagai perwakilan dari Himpunan Kerukunan Tani Indonesia/HKTI). Ir. K.R.T. H. Darori Wonodipuro, M.M. menyatakan bahwa pada kenyataannya, terdapat gap antara kebutuhan pupuk dan alokasi pupuk bersubsidi. Hingga saat ini, masih ada ketidaksinkronan data pada e-RDKK yang menjadi dasar penentuan jumlah subsidi pupuk. Di samping itu, masih ditemui perdagangan pupuk bersubsidi secara ilegal yang dilakukan antardaerah dan beberapa masalah pada pengecer resmi seperti pengecer yang memegang langsung kartu tani sehingga penjualan tidak sesuai e-RDKK, harga pupuk diatas HET, dan penjualan pupuk bersubsidi dilakukan secara paket dengan produk lainnya.
Ir. Sugeng Purwanto, MMA memaparkan bahwa di DIY sendiri hingga saat ini masih mengalami masalah subsidi pupuk dan saat ini penyalurannya masih 88%. Untuk itu perbaikan tata kelola alokasi dan distribusi puppuk bersubsidi sangat diperlukan sehingga pupuk yang disalurkan tepat jenis dan jumlah bagi petani. Turut mendukung pernyataan dari Dr. Jamhari, Soeroyo menjelaskan bahwa masih terdapat beberapa permasalahan dan keterbatasan pupuk besubsidi. Saat ini, pupuk subsidi hanya diperuntukkan bagi komoditas padi, jangung, dan tebu rakyat serta diberikan kepada usaha tani maksimal dengan luasan 2 ha. Dengan keterbatasan tersebut maka diperlukan penggunaan pupuk berimbang dengan pupuk organik.
Berdasarkan paparan dari perwakilan Tim PAKTA, petani, dan para pembahas, serta hasil diskusi yang melibatkan akademisi dan praktisi terkait, beberapa rekomendasi yang dapat dirumuskan atas permasalahan subsidi pupuk ini antara lain, perbaikan tata kelola subsidi pupuk, penyaluran pupuk secara targeted, pertimbangan skala usaha tani, pengaturan komoditas strategis, penetapan sistem transaksi pupuk bersubsidi, mengarahkan petani untuk menggunakan pupuk organik yang disediakan secara mandiri, serta menghubungkan subsidi pupuk dengan program lain yang berorientasi pada petani milenial. (RA)
Fakultas Pertanian UGM Gelar International Summer Course Course On Smart-Eco Bioproduction Agriculture (SC-SOBA): Climate-Smart Agriculture
Yogyakarta – Fakultas Pertanian UGM kembali selenggarakan International Summer Course On Smart-Eco Bioproduction Agriculture (SC-SOBA) dengan mengangkat tema: “Climate- Smart Agriculture” pada tanggal 1 Juli hingga 12 Agustus 2022 mendatang. Tahun ini merupakan kali kedua, setelah lebih dari lima puluh peserta dari berbagai negara mengikuti kegiatan summer course yang dilakukan secara virtual ini.
SC-SOBA diselenggarakan sebagai bentuk respon Fakultas Pertanian UGM atas isu lingkungan pada praktik pertanian dan perikanan yang hangat diperbincangkan secara internasional. Oleh karena itu, melalui 2nd SC-SOBA, Faperta UGM mencoba mengintegrasikan pembelajaran pengetahuan ekologi tradisional dengan praktik pertanian modern. Menggunakan pendekatan studi kasus, kegiatan ini memberikan berbagai pengetahuan mengenai isu perubahan iklim, dampak dan strategi untuk mitigasi serta adaptasi teknologi, teknologi climate smart farming, pertanian presisi (precision agriculture), dan aspek-aspek sosial-ekonomi.
Menyediakan berbagai perspektif untuk membahas tentang perubahan iklim dan praktik pertanian ramah lingkungan, SC-SOBA menghadirkan pembicara dari berbagai negara dan latar belakang keilmuan yang bervariasi untuk memfasilitasi peserta agar mampu mendalami isu strategis perubahan iklim. Pembicara yang akan hadir dalam program ini diantaranya adalah, Dr. Samuel Jonson Sutanto (Wageningen University & Research, Netherland,) Prof. Maria Victoria O. Espaldon (University of the Philippines, Los Banos) , Prof. Iin Handayani (Murray State University, USA), Prof. Lori Cramer (Oregon State University), Dr. Mucahid Bayrak (National Taiwan Normal University), Prof. Simone Sandoz (United Nations University, Bonn), Prof. Stefaan de Neve (Ghent University, Belgium), Dr. Dzarifah Zulperi (UPM, Malaysia), Prof. Junun Sartohadi (Universitas Gadjah Mada, Indonesia), Prof. Y. Andi Trisyono (Universitas Gadjah Mada, Indonesia), Prof. Meine van Noordwijk (CGIAR), Prof. Dwikorita (Indonesian Agency of Meteorological, Climatological and Geophysics), Dr. Husnain (Center for Agricultural Land Resources, Indonesia), Dr. Pascal Montoro (CIRAD), Anker Sorensen (Vice-president new business in KeyGene Company, Wageningen, Netherland), dan Dr. Honour McCann (Max Plank Institute, Germany).
Diperuntukkan untuk mahasiswa dalam dan luar negeri, SC-SOBA akan memberikan segudang manfaat bagi pesertanya. “Kami berharap, para peserta bisa menambah kompetensi dalam studi pertanian dan perikanan yang ramah lingkungan, mendapatkan jaringan internasional, memperkaya khazanah pengetahuan tentang perkembangan ilmu pengetahuan pertanian yang berkelanjutan”, ucap Valentina Dwi Suci Handayani, Ph.D., ketua kegiatan SC- SOBA 2022.
Semua informasi mengenai SC-SOBA dapat diakses di https://scsoba.faperta.ugm.ac.id atau melalui sosial media di Instagram @summercoursefapertaugm.
Narahubung: 085645952667 (Fitri)
Fakultas Pertanian UGM mengadakan Workshop Adopsi Inovasi Soil Health Management pada Petani Indonesia sebagai rangkaian dari pelaksanaan kegiatan penelitian yang bekerja sama dengan University of Passau Jerman. Workshop diselenggarakan pada Rabu, 13 Juli 2022 di Ruang Andrawina Hotel Prime Plaza Yogyakarta. Tim dari University of Passau dikoordinir oleh Dr. Nathalie Luck dan tim dari UGM dikoordiniir oleh Alia Bihrajihant Raya, S.P., M.P., Ph.D.
Workshop yang dihadiri oleh akademisi, konsultan, penyuluh, dan petani tersebut dibuka secara resmi oleh Dekan Fakultas Pertanian UGM yang dalam sambutannya menyampaikan bahwa pemenuhan pangan menjadi tujuan namun harus tetap mengedepankan kelestarian lingkungan. Untuk memberikan cara pandang yang sama mengenai pentingnya kesehatan dan kesuburan tanah serta bagaimana potensi petani dalam merespons inovasi maka workshop ini diawali dengan pemaparan materi-materi pemantik dari lima narasumber yaitu Bapak Eko Zulkifli, S.P., M.Sc. dari PT NASA (Natural Nusantara), Dr. Ladiyani Retno Widowati dari Balai Penelitian Tanah, Dr. Andri Prima Nugroho, M.Sc., Dr. Ir. Roso Witjaksono dari Sekolah Pascasarjana UGM dan Opik Mahendra, S.P., M.Sc. dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah.
Tim peneliti mengharapkan adanya luaran dari diskusi yang intensif antar peserta agar mempercepat adopsi inovasi pada Soil Health Management dalam memetakan peran masing-masing stakeholders yaitu akademisi, pemerintah, penyuluh dan petani. Oleh karenanya, kegiatan ini memfasilitasi diskusi dalam working group masing-masing stakeholders.
Hasil diskusi menyimpulkan bahwa diperlukan sinergi antar stakeholder baik pemilik inovasi, pemerintah, penyuluh, maupun petani untuk dapat mendukung percepatan adopsi inovasi pada Soil Health Management. Akademisi dan konsultan memiliki peran penting untuk mengidentifikasi kebutuhan petani, mengemas inovasi secara sederhana untuk dapat dipahami petani dan melakukan pendampingan untuk meningkatkan kapasitas SDM. Peneliti yang dalam hal ini adalah pemilik/pengembang inovasi memiliki peran menghasilkan inovasi-inovasi, mensosialisasikan melalui bimbingan teknis maupun dengan memanfaatkan media sosial, dan melakukan pendampingan serta pengawasan terhadap penerapan inovasi. Penyuluh pertanian dan dinas terkait berperan dalam sosialisasi mengenai Soil Health Management beserta inovasi-inovasinya, melakukan pengadaan sarana prasarana, menyusun SOP budidaya semua komoditas yang di dalamnya memuat tahappan Soil Health Management, serta membangun kerjasama pentahelix antara dinas dan akademisi. Petani sebagai penerima inovasi tidak hanya berperan pasif, tetapi di samping itu, juga dapat turut mensosialisasikan inovasi dalam Soil Health Management yang telah diadopsi kepada petani lain yang belum menerapkan inovasi tersebut.
Adapun tantangan dalam adopsi inovasi pada Soil Health Management secara umum antara lain keberagaman SDM petani yang cenderung memerlukan pendampingan yang lebih, keterbatasan SDM pendamping, diperlukannya biaya yang tidak sedikit dalam melakukan uji kesuburan tanah, sarana prasarana di level BPP kurang memadai, dan perlunya pengolahan informasi menjadi lebih sederhana agar dapat dipahami dengan mudah oleh petani. Namun, hasil diskusi juga melihat adanya peluang-peluang yang dapat menjawab tantangan tersebut, antara lain antusiasme petani untuk belajar, adanya inovasi-inovasi yang etrus berkembang, adanya kemitraan yang baik antara akdemisi, pemerintah, penyuluh, dan lembaga pelayanan, mulai munculnya petani-petani milenial, serta adanya media sosial yang dapat menjadi sarana penyampaian informasi secara cepat, mudah, dan meluas. (RA)
Awards – BGRI – Borlaug Global Rust Initiative https://bgri.cornell.edu/awards/