
Nari Nawang Purbamandala, alumni Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (Faperta UGM), berhasil menorehkan prestasi sebagai Wakil I Diajeng Bantul dalam ajang Dimas Diajeng Bantul 2025. Melalui proses seleksi yang ketat dan penuh tantangan, Nawang tidak hanya memperluas wawasan di bidang pariwisata, tetapi juga menginspirasi mahasiswa lain untuk aktif berkontribusi di luar bidang akademik.
Nawang merupakan alumni Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan (Prodi PKP) angkatan 2021. Saat ini, ia aktif merintis bimbingan belajar independen dan masih terlibat dalam penelitian bersama dosen. Keikutsertaannya dalam Dimas Diajeng Bantul berawal dari keinginan untuk belajar hal baru di luar bidang pertanian, khususnya di sektor pariwisata.

“Selama kuliah, saya fokus di pertanian, khususnya sosial ekonomi pertanian. Melalui ajang ini, saya ingin belajar menjadi promotor pariwisata yang mampu mengangkat potensi wisata di Bantul secara efektif,” ungkap Nawang.
Proses seleksi Dimas Diajeng Bantul berlangsung cukup singkat, yakni sekitar dua setengah bulan. Seleksi dimulai dari tahap administrasi, tes tulis, dan wawancara, hingga terpilih 30 pasang finalis. Para finalis kemudian mendapatkan pembekalan materi kepariwisataan, kebudayaan, kelas kecantikan, hingga public speaking, yang dilaksanakan di berbagai desa wisata di Kabupaten Bantul.
Selain pembekalan, para finalis juga diberi tugas membuat video promosi wisata di masing-masing kapanewon. Nawang sendiri mendapat kesempatan mempromosikan Museum Gumuk Pasir dan Mandai Baro di Kapanewon Kretek.
Bagi Nawang, setiap tahapan dalam ajang ini memberikan pengalaman berharga. Namun, momen paling berkesan adalah saat latihan tari untuk tarian pembuka malam grand final.

“Saya bukan berasal dari latar belakang seni, sementara teman-teman lain banyak yang sudah mahir menari atau bermain gamelan. Saya benar-benar harus berjuang ekstra, bahkan sampai lutut biru-biru, demi bisa menyesuaikan gerakan dengan mereka,” kenangnya.
Melalui proses ini, Nawang juga mengenal lebih dalam budaya Bantul, termasuk tarian tradisional Tarimontro yang sebelumnya belum pernah ia ketahui.
Sebagai Diajeng, Nawang bersama rekan-rekannya akan berperan aktif dalam mempromosikan potensi wisata dan budaya di Kabupaten Bantul. Mereka akan berkoordinasi dengan Dinas Pariwisata serta berbagai pemangku kepentingan untuk menggali dan mengembangkan potensi wisata di setiap kapanewon.
“Kami akan dibagi penanggung jawab di masing-masing kapanewon untuk menghadiri dan meliput acara wisata maupun budaya. Saya sendiri bertanggung jawab di Kapanewon Sedayu,” jelasnya.
Nawang mengaku sangat terbantu dengan dukungan dari Fakultas Pertanian, baik sebagai mahasiswa maupun alumni. Ia juga mendapatkan apresiasi luar biasa dari teman-teman dan dosen, bahkan tiket grand final yang ia jual ludes diborong oleh para pendukung.
“Saya sangat terharu dengan dukungan teman-teman. Kehadiran mereka di malam grand final menjadi motivasi besar bagi saya untuk tampil maksimal,” ujarnya.
Di akhir wawancara, Nawang membagikan tips bagi mahasiswa yang ingin mengikuti ajang serupa. Menurutnya, kunci utama adalah menjaga tiga hal: Brain, Beauty, dan Behaviour.
“Sebagai duta, kita harus terbuka terhadap pengetahuan baru, menjaga penampilan sesuai situasi, dan yang terpenting, memiliki sikap serta attitude yang baik. Percuma pintar dan cantik jika tidak bisa membawa diri dengan baik,” tutup Nawang.
Keterlibatan Nawang Purwomandala sebagai Diajeng Bantul 2025 tidak hanya menjadi ajang pengembangan diri, tetapi juga berkontribusi nyata terhadap pencapaian beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), seperti SDG 4: pendidikan berkualitas, SDG 5: kesetaraan gender, SDG 8: pertumbuhan ekonomi lokal, dan SDG 11: pembangunan komunitas berkelanjutan melalui promosi pariwisata dan budaya.
Penulis: Beny Nabila Happy Fauziah
Editor: Desi Utami
Foto: Dokumentasi Diajeng Nawang