Yogyakarta, Faperta UGM (19/11)- Kunjungan dalam rangka diskusi pembahasan penyusunan outlook ekonomi pangan dan pertanian tahun 2020 yang akan dilaksanakan oleh Kemenko Perekonomian RI. Kunjungan yang dipimpin oleh Asisten Deputi Pangan dan Pertanian Kemenko Perekonomian, Darto Wahab yang didampingi oleh analis ekonomi pertanian. Acara yang juga dihadiri oleh Wakil Dekan II Dr. Ir. Sri Nuryani Hidayah Utami, MP., M.Sc. Dan Kepala Unit Internasional, Kerjasama, dan Alumni, serta Prof. Dr. Ir. Masyuri yang merupakan dosen Sosial Ekonomi Pertanian Faperta UGM. Tujuan dalam penyusunan outlook ekonomi pangan dan pertanian tahun 2020 dilatar belakangi oleh pertumbuhan pertanian saat ini yang hanya 3,7%. Perlu peningkatan ekspor pada sektor hortikultura yang lebih banyak diminati oleh konsumen dan beragam jenisnya. Selain itu, integrasi antar kementerian juga membentuk program bersama agar terbentuk sinergi yang baik.
Pemaparan perkonomian pertanian oleh Dekan Faperta UGM, Dr. Jamhari, S.P., M.P. Menurut sensus pertanian terakhir, rumah tangga tani memiliki persentase yang tinggi yaitu sekitar 21% per tahun. Kontribusi pertanian dalam menyerap tenga kerja dan kontribusi pertanian dalam menghasilkan PDB menyebabkan terjadinya double squeeze (ketimpangan). Selain itu, masalah sumber daya manusia yang terbatas dalam menggunakan alat-alat pertanian yang modern seperti traktor karena keterbatasan pengetahuan dan kurangnya pendampingan dari pemerintah. Sempitnya lahan juga menyebabkan tidak maksimalnya penggunaan alat-alat pertanian dengan bentuk yang besar. Perlu adanya rekayasa pertanian di Pulau Jawa untuk mengatasi masalah lahan yang terus-menerus berkurang.
Saat ini, pasar untuk sektor perkebunan lebih stabil dibandingkan sektor pangan dan hortikultura. Berdasarkan GFSI (Global Food Safety Innitiative), Indonesia memiliki kekuatan dalam hal ketahanan pangan dan kandungan nutrisi yang baik. Kelemahan Indonesia dalam sektor pertanian dan pangan yaitu GDP per kapita rendah, kualitas protein, dan perlunya research and development ke petani (transfer teknologi ke petani). Posisi Indonesia saat ini harus dipastikan bahwa teknologi yang dibuat diterapkan oleh petani. Diskusi diakhiri dengan tanya jawab analis dari Kemenko Perekonomian RI kepada Prof.Dr.Ir. Masyhuri, Dr. Jamhari, S.P., dan para dosen. Mir