Indonesia saat ini sedang menuju era tata kehidupan normal baru. Pangan sebagai kebutuhan dasar manusia menjadi fokus penting apalagi di tengah masa pandemi Covid-19. Salah satu tantangan besar yang harus dihadapi bangsa ini adalah menjaga dan meningkatkan ketahanan serta kemandirian pangan masyarakat.
Fakultas Pertanian UGM senantiasa berupaya aktif untuk turut serta menjawab tantangan tersebut. Selasa (9/6) pagi, Fakultas Pertanian UGM menggelar Seminar Nasional dengan tema “Strategi Mewujudkan Kemandirian Pangan dalam Era Tata Kehidupan Normal Baru”. Tema ini diangkat karena sangat relevan dengan kondisi yang dihadapi Indonesia saat ini. Acara ini dilaksanakan secara daring menggunakan web conference (Webinar) dan disiarkan secara langsung melalui saluran Youtube Media Faperta UGM. Acara berlangsung dari pukul 10.00 hingga 12.00 WIB.
Webinar seri pertama sekaligus bagian dari pembukan rangkaian kegiatan Dies Natalis Fakultas Pertanian UGM ke-74 ini menghadirkan Dr. Ir. Agung Hendriadi, M. Eng, Kepala Badan Ketahanan Pangan, Kementrian Pertanian Republik Indonesia. Dalam kesempatan ini hadir sebagai penanggap, Dr. Jamhari, S.P., M.P., Dekan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Acara ini dipandu oleh Dr. Ir. Jangkung Handoyo Mulyo, M.Ec., Ketua Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian UGM.
Dr Ir. Agung Hendriadi, M.Eng memaparkan bahwa akibat adanya pandemi Covid-19 diprediksi produksi petani pada bulan Juli sampai akhir tahun 2020 menurun sehingga jumlah produksi kurang dari konsumsi. Akan tetapi, semester pertama sampai bulan April kita mengalami surplus sampai dengan 40 juta ton. Dengan manajemen stocking yang baik bekerjasama dengan institusi lain, surplus tersebut digunakan sebagai cadangan pangan. Namun tentu banyak hal harus dilakukan untuk menjamin ketersediaan pangan bagi masyarakat.
Berbagai program dan kebijakan disusun pemerintah melalui Badan Ketahanan Pangan dalam rangka menuju tata kehidupan normal baru sebagai backbone mewujudkan ketahanan dan kemandirian pangan di Indonesia. Interfensi dari sisi Supply dilakukan dengan cara: Pertama, tetap mengejar percepatan tanam sebesar 5,6 juta hektar untuk padi sawah, terutama untuk daerah-daerah yang saat ini masih ada hujan. Kedua, mengembangkan kembali lahan-lahan rawa yang terdiri dari 85.000 hektar di Kalimantan Tengah melalui intensifikasi dan 179.000 hektar melalui ekstensifikasi dengan membuka lahan baru. Ketiga, mengurangi import terhadap daging sapi, bawang putih dan gula dengan mengupayakan peningkatan produksi dalam negeri.
Strategi dari sisi demand dilakukan dengan mendorong diversifikasi pangan melalui pemanfaatan berbagai sumber pangan lokal selain padi, misalnya singkong, sagu, pisang, jagung. Selain itu, pemerintah juga mendorong pemanfaatan lahan pekarangan untuk menanam tanaman pangan. Dari 10,4 juta hektar lahan pekarangan yang ada di Indonesia, jika 50% saja dimanfaatkan dengan baik tentu kebutuhan konsumsi pangan keluarga dapat tercukupi.
Dari sisi pengelolaan cadangan pangan, kebijakan dilakukan untuk memperbaiki sistem cadangan pangan pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah. Strategi yang telah disusun yaitu pemerintah pusat melalui BULOG harus memiliki cadangan pangan minimal 1,5 juta ton dengan menyerap hasil panen petani dan menjaga harga di tingkat petani tidak kurang dari Harga Pemberian Pemerintah (HPP). Pemerintah provinsi harus mengalokasikan APBD untuk menyediakan cadangan pangan minimal 200 ton. Begitu pula cadangan pangan di tingkat kabupaten. Di tingkat desa dengan menghidupkan kembali Lumbung Pangan Masyarakat bekerja sama dengan BUMDES untuk menangani hal ini terutama di 38.000 desa non sentra.
Di era pertanian 4.0 ini pemerintah juga mendorong pengembangan pertanian modern dalam rangka meningkatkan produktivitas dan efisiensi melalui pemanfaatan berbagai teknologi.
Peran dan kontribusi perguruan tinggi tentunya sangat diharapkan untuk bersama-sama menjalankan berbagai strategi tersebut guna mewujudkan kemandirian pangan.
Dekan Fakultas Pertanian, Dr. Jamhari, S.P., M.P. menyampaikan “Saat ini adalah waktu yang tepat, semua stakeholder baik perguruan tinggi, organisasi sosial kemasyaratkatan, pemerhati pertanian, dan pemerintah melalui dinas-dinas terkait, bagaimana berkolaborasi mewujudkan program-program yang tadi telah disampaikan Kepala Badan Ketahanan Pangan dari tingkat mikro sampai makro. Kalaupun secara fisik saat ini kita kesulitan untuk hadir, dengan media daring kita bisa menjalin komunikasi untuk membuat program-program nyata dilapangan.”
Saat pembukaan Dies Natalis Fakultas Pertanian UGM ke-74, Selasa (9/6), telah disampaikan bahwa Fakultas Pertanian melalui program pengabdian masyarakat bekerjasama dengan organisasi sosial kemasyarakatan yaitu Muhammadiayah dan NU untuk fokus pada kelompok afirmasi di masyarakat. Kelompok difabel, kelompok pemulung, dan kelompok pedagang asongan diberdayakan dari sisi pertanian bagaimana mencukupi kebutuhan pangan mereka.
Beberapa kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan antara lain pemberian paket teknologi hidroponik, paket teknologi aquaponik lele dan sayuran, paket teknologi pemanfaatan pekarangan nir limbah, fasilitasi logistik pasar ikan bagi koperasi mitra perikanan, bantuan paket budikdamber (budi daya ikan dalam ember), dan bantuan paket benih sayuran.
Di akhir sesi, Dr Ir. Jangkung Handoyo Mulyo, M.Ec menutup acara webinar dengan dua penegasan, yaitu: Pertama, Covid-19 ini adalah Challenge, tantangan bagi kita sebagai momen untuk bisa beradaptasi terhadap kondisi yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Oleh karena itu, jangan panik yakinlah bahwa pemerintah tetap memberikan jaminan terhadap pangan, pemerintah tetap melindungi petani, pemerintah akan beupaya semaksimal mungkin agar pangan masyarakat ini bisa terselamatkan.
Kedua, Dr. Nurman Borlaug, seorang pemenang Nobel, ahli di bidang pangan mengatakan “Civilization as it is known today could not have evolved, nor can it survive, without an adequate food supply”. Peradapan dunia yang kita kenal saat ini, tidak akan pernah bisa berkembang kalau tidak ditopang dengan pangan yang cukup. Ini menjadi substansi penting mengapa kita harus mandiri pangan.