Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (Faperta UGM) melalui Program Studi Sarjana Ekonomi Pertanian dan Agribisnis sukses menyelenggarakan kuliah umum internasional “Gender and Climate Change” pada Rabu, 14 Mei 2025. Acara yang dilangsungkan secara hybrid di Auditorium MMA, A10 Faperta UGM ini menghadirkan pembicara utama yaitu Prof. Ann R. Tickamyer, Guru Besar Emerita dari Pennsylvania State University, Amerika Serikat.
Dalam kuliah bertema “Riskscapes of Gender, Disaster, and Climate Change: Toward Transformative Resilience”, Prof. Tickamyer menyampaikan bagaimana bencana dan perubahan iklim tidak hanya merupakan fenomena fisik, tetapi juga sosial, yang sangat dipengaruhi oleh struktur gender di masyarakat. Ia memperkenalkan konsep “riskscape”, yaitu lanskap risiko yang terbentuk oleh relasi spasial, temporal, dan sosial yang menentukan tingkat kerentanan dan kemampuan pulih sebuah komunitas dalam menghadapi bencana.
Melalui pendekatan kualitatif berbasis wawancara, observasi, dan studi kasus, Prof. Tickamyer membandingkan tiga lokasi bencana di Indonesia: Tsunami Aceh (2004), Gempa Bumi Bantul (2006), dan Erupsi Gunung Merapi (2010). Masing-masing lokasi menunjukkan dinamika pemulihan yang berbeda-beda, tergantung pada keterlibatan sosial masyarakat, kondisi politik, dan khususnya peran perempuan. Pada kasus di Aceh misalnya, pemulihan berlangsung lambat karena lemahnya pemerintahan lokal, konflik sipil yang berkepanjangan, serta minimnya partisipasi perempuan dalam proses rekonstruksi. Sebaliknya, di Bantul, jejaring sosial perempuan yang telah terbentuk sebelumnya, termasuk organisasi sosial dan keagamaan, terbukti mempercepat pemulihan dan memperkuat solidaritas. Di kawasan Merapi, dinamika pemulihan terganggu oleh relokasi, konflik sosial, dan hilangnya identitas berbasis tempat.
Prof. Tickamyer juga menyoroti bahwa perempuan kerap mengalami kerugian berlipat dalam bencana dan perubahan iklim dari akses terbatas terhadap bantuan, meningkatnya kekerasan dalam rumah tangga, hingga marginalisasi dalam pengambilan keputusan. Namun demikian, ia menegaskan bahwa perempuan juga berperan penting sebagai agen pemulihan dan perubahan sosial jika diberi ruang dan dukungan yang cukup.
Tak hanya Indonesia, Prof. Tickamyer juga menelaah kasus-kasus di Australia dan Alaska yang menunjukkan bahwa meskipun berada di negara maju, kerentanan perempuan terhadap perubahan iklim tetap tinggi, terutama di komunitas petani dan masyarakat adat.
Kuliah tamu ini dimoderatori oleh Dr. Arini Wahyu Utami, S.Pt., M.Sc., Associate Professor di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian UGM. Diskusi berlangsung interaktif dengan pertanyaan-pertanyaan kritis dari peserta yang hadir secara langsung maupun daring melalui Zoom. Acara ini menjadi wujud nyata komitmen UGM dalam mengarusutamakan perspektif gender dan keadilan iklim dalam pendidikan tinggi dan riset global.
Acara ini mendukung program Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya pada SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera, SDG 4: Pendidikan Berkualitas, SDG 5: Kesetaraan Gender, SDG 6: Air Bersih dan Sanitasi Layak, SDG 7: Energi Bersih dan Terjangkau, SDG 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi, SDG 11: Kota dan Komunitas yang Berkelanjutan, SDG 12: Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab, serta SDG 13: Penanganan Perubahan Iklim
Penulis : Melvinna Rafida
Editor : Desi Utami