Keluarga Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (KMSEP) bekerja sama dengan Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) dan didukung oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) menyelenggarakan seminar bedah dan diseminasi buku berjudul “Mitos vs Fakta: Industri Minyak Sawit Indonesia dalam Isu Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Global” edisi keempat pada Sabtu, 4 Mei 2024 di Auditorium Prof. Harjono Danoesastro, Fakultas Pertanian UGM. Kegiatan tersebut dihadiri tidak hanya oleh mahasiswa Fakultas Pertanian UGM, tetapi juga mahasiswa fakultas lainnya, peneliti, bahkan masyarakat umum yang tertarik dengan isu kelapa sawit.
Dalam buku edisi keempat tersebut, PASPI memasukkan isu-isu sawit yang relevan dengan kondisi saat ini, salah satunya adalah kebijakan perdagangan sawit di negara importir. Direktur Eksekutif PASPI, Dr. Ir. Tungkot Sipayung, menyampaikan bahwa minyak sawit adalah minyak nabati paling unggul dibandingkan minyak nabati lain. Minyak sawit memiliki tingkat produktivitas yang tinggi dan bersifat versatile karena dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk beragam produk.
“Minyak sawit hanya membutuhkan lahan yang relatif sedikit, tetapi mampu menghasilkan minyak dengan volume yang lebih besar sehingga harganya pun lebih kompetitif,” jelas Tungkot.
Sebagai ketua tim penyusun buku, Tungkot menegaskan, minyak sawit memiliki kontribusi terhadap perekonomian desa, daerah, nasional, hingga global. Terdapat studi terbaru yang menunjukkan minyak sawit lebih ramah lingkungan karena menghasilkan emisi dan biodiversity loss yang lebih rendah.
Dekan Fakultas Pertanian UGM, Ir. Jaka Widada, M.P., Ph.D., yang turut hadir berharap adanya buku ini dapat menggugah minat generasi muda untuk lebih mengenal dan peduli pada industri sawit.
“Kegiatan seminar diseminasi buku ini sangat bermanfaat bagi para peserta untuk mengenal seluk beluk industri sawit, sehingga harapannya dapat diadakan kembali karena industri sawit pun sangat menjanjikan bagi generasi muda,” tegas Dekan.
Kegiatan ini juga menjadi pendukung terwujudnya tujuan SDG 12: Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab, SDG 13: Penanganan Perubahan Iklim, dan SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.
Penulis: Hanita Athasari Zain
Foto: Dokumentasi KMSEP UGM
International Seminar Asia Agribusiness Entrepreneurial Marketing by AMF (Asia Marketing Federation) and ACSB (Asia Committee for Small Business) has held in Auditorium Prof. Harjono Danoesastro, Faculty of Agriculture UGM on Friday, 3 May 2024. This event attended by a number of students and participants of the Bella Awards 2024.
Prof. Subejo, S.P., M.Sc., Ph.D. as a Vice Dean for Research, Community Service and Cooperation Faculty of Agriculture UGM opened the event and warmly welcomed the attendees.
“Hopefully this event will add our insights related to agribusiness and sustainable development, especially in the agricultural sector,” said Prof. Subejo.
On this occasion, Prof. Dr. Syed Ferhat Anwar as President of AMF, explained about global food security and sustainable development related in agriculture. He argued that at least there are three components of future business, including environmental, social, and governance. According to him, Sustainable Agri Brand Building is the way that can be done.
“Sustainable Agri Brand is when we focusing on integration of environmental, social, and governance principles within the entire value chain of brand management through a unique differentiator,” told him.
Giving another warm welcome, Prof. Dr. Mosaddak Ahmed Chowdhury as the President of ACSB appreciated this event for opening up insights into agribusiness through panel discussions by experts. He was grateful for the time and space provided by the Faculty of Agriculture UGM.
This event is also a concrete manifestation of the Faculty of Agriculture UGM’s commitment to achieve SDG 4: Quality Education, SDG 8: Decent Work and Economic Growth, and SDG 17: Partnerships for the Goals.
Author: Wilhelmina Alexandra Valmay Putri Aberth
Editor: Hanita Athasari Zain
Perkenalkan Peluang Kerja di Sektor Pertanian, Fakultas Pertanian UGM Terima Kunjungan SMA Tangerang
Agenda penerimaan kunjungan dari berbagai sekolah menengah atas (SMA) terus berlanjut dilakukan oleh Fakultas Pertanian UGM. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan dan mempertahankan citranya sebagai salah satu fakultas dengan yang menghasilkan lulusan dengan peluang kerja yang beragam, seperti yang disampaikan dalam penerimaan kunjungan oleh SMA Negeri 10 Tangerang pada Kamis, 2 Mei 2024 oleh salah satu dosen, Susanti Mugi Lestari, S.P., M.Si., Ph.D.
“Belajar di pertanian itu tidak hanya untuk menjadi petani. Banyak sekali peluang kerja bagi para mahasiswa Fakultas Pertanian UGM, seperti peluang di BUMN, perusahaan swasta, bahkan stasiun TV,” jelas Susanti.
Salah satu guru perwakilan SMAN 10 Tangerang, Ismindari, S.Sos, M.Si., menyampaikan bahwa kunjungan ini merupakan hentakan pertama untuk mengenal UGM lebih dalam sehingga para siswa nantinya juga bisa melanjutkan studi di UGM. Berkaitan dengan hal tersebut, Susanti menjelaskan bahwa terdapat banyak jalur masuk ke UGM, salah satunya adalah memanfaatkan sertifikat atau piagam penghargaan prestasi tingkat nasional maupun internasional.
Seorang siswa pun menyampaikan rasa keingintahuannya terkait jalur SNBP (Seleksi Nasional Berbasis Prestasi). Susanti menegaskan, para siswa tidak perlu ragu untuk mencoba jalur SNBP dan menjadi pionir di tingkat sekolahnya.
Kegiatan ini juga menjadi pendukung terwujudnya tujuan SDG 4: Pendidikan Berkualitas.
Penulis: Hanita Athasari Zain
Foto: Media Faperta UGM
Fakultas Pertanian UGM meresmikan program vokasional yang dikemas dalam bentuk studi Doctor of Business Administration (DBA) bersama Markplus Corp (MCorp), perusahaan pionir bidang marketing di Indonesia. Program DBA dengan peminatan Agribusiness Entrepreneurial Marketing (AEM) tersebut menjadi program DBA pertama di Indonesia dan telah diresmikan pada perayaan ulang tahun ke-34 MCorp pada Rabu, 1 Mei 2024 bertempat di Gedung AGLC, Fakultas Pertanian UGM.
Perayaan ulang tahun ke-34 MCorp mengusung tema ”Unstoppable”. Menurut Hermawan Kertajaya, founder dan chairman MCorp, peresmian program DBA di Fakultas Pertanian UGM menjadi wujud nyata tema tersebut.
“DBA pertama di Indonesia ini kita rencanakan sebagai bentuk mendorong Indonesia untuk lebih maju dengan orang-orang yang profesional di dalamnya. Hal ini menjadi wujud bagaimana Indonesia adalah negara yang tak terhentikan (Unstoppable) sesuai tema tahun ini,” ujar Hermawan.
Selain itu, Dekan Fakultas Pertanian UGM, Ir. Jaka Widada, M.P., Ph.D. menegaskan, program DBA AEM akan berperan untuk melahirkan SDM profesional di bidang agribisnis dengan mempelajari pengelolaan risiko dan pasar.
“Indonesia dihadapkan dengan tantangan menaikkan produksi pangan hingga 70% agar di tahun 2050 mendatang tidak terjadi kelaparan. Pertanian di Indonesia sendiri merupakan sektor bisnis yang menjanjikan, tetapi risikonya pun besar, sehingga adanya program DBA AEM ini adalah upaya untuk menjawab tantangan tersebut,” jelas Dekan.
Peresmian program DBA AEM juga menandai resminya Fakultas Pertanian UGM sebagai kantor cabang MCorp di Yogyakarta yang diluncurkan oleh Hermawan Kertajaya dan Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Aset, dan Sistem Informasi UGM, Arief Setiawan Budi Nugroho, S.T., M.Eng., Ph.D. Arief menyampaikan, kerja sama Fakultas Pertanian UGM bersama MCorp diharapkan mampu melahirkan SDM di bidang agribisnis yang mampu menjawab tantangan di era mendatang dengan kreativitas dan daya pikir inovatif.
Tak berhenti dengan MCorp saja, Fakultas Pertanian UGM memperluas jaringan dengan Asia Marketing Federation (AMF) dan Asia Committee for Small Business (ACSB) untuk memperkuat jalannya program DBA AEM. Kerja sama tersebut ditandai dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) oleh Dekan Fakultas Pertanian UGM, Chief Operating Officer & Executive Editor Bangladesh Brand Forum sebagai perwakilan President of AMF, dan President of ACSB.
Berbagai bentuk kerja sama ini membuktikan upaya kuat dari Fakultas Pertanian UGM dalam mencapai tujuan SDGs, seperti tujuan SDG 1: Tanpa Kemiskinan, SDG 2: Tanpa Kelaparan, SDG 4: Pendidikan Berkualitas, dan SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.
Penulis: Hanita Athasari Zain
Foto: Media Faperta UGM
Input pertanian menjadi isu penting untuk memperkuat ketahanan pangan. Bersama Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Learning Hub, Prof. Subejo, S.P., M.Sc., Ph.D. selaku Guru Besar Fakultas Pertanian UGM membahas pentingnya peran input pertanian dalam mencapai praktik pertanian yang baik dan berkelanjutan dalam acara CIPS Learning Hub Goes to UGM pada Kamis, 25 April 2024, bertempat di Ruang Venture AGLC, Fakultas Pertanian UGM
Azizah Fauzi, seorang peneliti dari CIPS, membawa perspektif kebijakan yang kritis dalam mengevaluasi efektivitas intervensi pemerintah dalam mendukung petani. Azizah menyampaikan, perlu adanya diskusi mendalam terkait teknologi sebagai salah satu input pertanian yang masih kurang memadai.
“Produktivitas yang rendah, adopsi teknologi yang kurang memadai, kepemilikan lahan yang terfragmentasi, infrastruktur yang belum memadai, dan mutu pangan yang kurang layak merupakan tantangan utama yang perlu diatasi. Diskusi mendalam tentang permasalahan ini memberikan wawasan yang berharga bagi peserta, baik dari kalangan akademisi, praktisi, maupun pemangku kepentingan lainnya,” ujar Azizah.
Acara juga dihadiri oleh Puji Lestari selaku Kepala OR Pertanian dan Pangan di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang menyoroti upaya-upaya nyata dalam pengembangan varietas unggul tanaman dan ternak, serta penggunaan teknologi irigasi tetes untuk mengurangi risiko kekeringan. Namun, pertanyaan mendasar tentang ketergantungan jangka panjang terhadap subsidi juga diajukan, dengan penekanan pada perlunya petani menjadi mandiri secara ekonomi dalam jangka panjang.
Para peserta yang hadir pun memiliki kesempatan untuk mendapatkan buku “Memodernisasi Pertanian Indonesia” sebagai langkah untuk terus mendorong pembaruan dan inovasi dalam sektor pertanian Indonesia. Dengan demikian, acara ini tidak hanya menjadi forum diskusi, tetapi juga menjadi langkah nyata dalam mencapai ketahanan pangan yang berkelanjutan di masa depan.
Pelaksanaan talkshow ini menegaskan komitmen Fakultas Pertanian UGM dalam meningkatkan produktivitas pertanian dengan cara yang berkelanjutan dan memperbaiki rantai pasokan pangan dapat membantu mengurangi limbah dan merangsang ekonomi sirkular untuk mencapai tujuan SDG 2: Tanpa Kelaparan dan SDG 12: Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab”
Penulis: Sanditha Setya Wisaksanti
Editor: Hanita Athasari Zain
Foto: Media Faperta UGM
Agronomi Cerdas yang merupakan pendekatan terintegrasi dalam mengelola lanskap, baik komponen tanaman dan komponen lainnya, menjadi salah satu upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional. Selama beberapa tahun terakhir, Indonesia telah melahirkan banyak teknologi Agronomi Cerdas dengan berbasis kearifan lokal. Hal tersebut disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. Didik Indradewa, Dip.Agr.St., Guru Besar di bidang agronomi UGM, pada Webinar Nasional BuperTalk#10 pada Jumat, 26 April 2024 bertemakan “Menuju Agronomi Cerdas Berbasis Kearifan Lokal Berkualitas Global”.
“Untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional, sudah ada beberapa teknologi Agronomi Cerdas di Indonesia, seperti surjan, ubikayu mukibat, subak, pemupukan cerdas sistem padi apung, dan wanatani,” jelas Prof. Didik.
Prof. Didik menambahkan, sektor pertanian di Indonesia dapat diselaraskan dengan semboyan pendidikan, yaitu Ing Ngarsa Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Beliau menggambarkan model pertanian Indonesia dengan kearifan lokal yang dapat menjawab tantangan global menjadi bukti dari semboyan Ing Ngarsa Sung Tulodo.
Kepala Balai Besar Penerapan Standar Instrumen Pertanian, Kementerian Pertanian, Dr. Syamsudin, menyambung penjelasan Prof. Didik dengan menegaskan kembali bahwa operasionalisasi teknologi Agronomi Cerdas berbasis kearifan lokal dapat dikombinasikan dengan pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) dan Internet of Things (IoT). Di sisi lain, Mahmudi, M.Si. selaku Direktur Produksi dan Pengembangan PTPN Holding, menyampaikan bahwa ketahanan produksi tanaman perkebunan juga sangat ditentukan oleh operasionalisasi pendekatan Agronomi Cerdas, salah satunya untuk menjamin tingginya produktivitas kelapa sawit, tebu, karet, teh, kopi, dan kakao.
Kebutuhan hara esensial tanaman menjadi unsur penting sebagai jaminan produktivitas tinggi dari tiap komoditas tanaman. Oleh karena itu, teknologi pupuk juga menjadi bagian dari konsep Agronomi Cerdas, seperti yang disampaikan oleh Adhitya Herwin D., M.I.Kom. selaku Manager Pemasaran PT Pupuk Indonesia Holding.
Sebagai kesimpulan, peneliti Fakultas Pertanian UGM, Eka Tarwaca Susila Putra, Ph.D., menyampaikan bahwa ilmplementasi Agronomi Cerdas merupakan upaya untuk mewujudkan triple win dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional, yaitu 1) peningkatan produktivitas, 2) peningkatan resiliensi, dan 3) pengurangan emisi.
Kegiatan ini juga menjadi pendukung terwujudnya tujuan SDG 2: Tanpa Kelaparan.
Penulis : Wilhelmina Alexandra Valmay Putri Aberth & Hanita Athasari Zain
Foto : Media Faperta UGM
Setelah melakukan demplot padi varietas Gamagora di Kapanewon Sentolo, Kulon Progo, Fakultas Pertanian UGM bersama Kantor Perwakilan Bank Indonesia DIY melanjutkan program pengembangan klaster padi sistem hamparan dengan berfokus pada pendayagunaan input organik dan tata kelola air berkelanjutan. Dalam diskusi yang dihadiri langsung oleh Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Kerja Sama Fakultas Pertanian UGM, Prof. Subejo, S.P., M.Sc., Ph.D. pada Jumat, 26 April 2024, kedua pihak menyadari pentingnya memaksimalkan pemanfaatan pupuk organik untuk mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia yang memiliki risiko tinggi terhadap lingkungan.
Dari hasil diskusi, program pengembangan klaster padi sistem hamparan akan mengimplementasikan empat jenis pelatihan dan pendidikan dalam upaya mendiseminasikan berbagai inovasi kepada para petani, yaitu 1) pelatihan optimalisasi penggunaan pupuk hayati dan organik, 2) pelatihan optimalisasi tata kelola air, 3) pelatihan penggunaan perangkat uji tanah sawah (PUTS), serta 4) pelatihan pengembangan model budidaya sistem hamparan. Selama berjalannya program, Fakultas Pertanian UGM akan memberikan dampingan dan bimbingan mengenai penggunaan pupuk hayati, manajemen lahan organik, sampai partisipasi dalam budidaya sistem hamparan.
Di sisi lain, Bank Indonesia DIY sebagai mitra akan memberikan dukungan fasilitas dan penciptaan ekosistem bisnis pertanian komoditas padi untuk peningkatan produksitivitas, stabilitas produksi, dan peningkatan skala usaha. Hal tersebut disampaikan langsung oleh Manajer Fungsi Pengembangan UMKM, Keuangan Inklusi, dan Syariah BI DIY, Maya Mulyawati.
Selain Bank Indonesia DIY, mitra lain yang terlibat dalam program ini adalah pemerintah daerah dan petani dari kelompok tani terpilih. Harapannya, program ini dapat mendukung peningkatan kinerja ekonomi daerah melalui produksi padi yang sehat, efisien, dan berkelanjutan, serta mampu meningkatkan kesejahteraan petani padi di Kabupaten Kulon Progo. Program ini pun menjadi upaya mewujudkan tujuan SDGs, antara lain SDG 2: Tanpa Kelaparan, SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera, SDG 12: Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab, SDG 15: Ekosistem Daratan, dan SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.
Penulis: Hanita Athasari Zain