Sebagai wujud kolaborasi antara Yamagata University, Japan dengan Fakultas Pertanian UGM, maka dibuka kelas Bahasa Jepang bagi seluruh mahasiswa UGM. Japanese Class tersebut tidak hanya ditujukan bagi mahasiswa UGM untuk belajar bahasa dan budaya Jepang, tetapi juga bagi mahasiswa Yamagata University untuk mengasah bahasa Inggris sebagai bahasa internasional yang kerap digunakan dan mempelajari budaya yang ada di Indonesia, khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Hal tersebut disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. Achmadi Priyatmojo, M.Sc., selaku Sekjen KAGAMA (Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada) Pertanian, yang akrab disapa Prof. Ipik.
“Nantinya, mahasiswa Yamagata University yang mengisi Japanese Class tentu harus membiasakan dan mengasah bahasa Inggris lagi sebagai bahasa internasional yang menjadi jembatan utama komunikasi antara mahasiswa UGM dengan mereka. Kita juga akan mengajak mereka mengunjungi tempat wisata berbudaya yang ada di DIY-Jawa Tengah, seperti Candi Borobudur, Keraton, dan lainnya,” jelas Ipik.
Ipik menambahkan, kegiatan Japanese Class oleh Yamagata University diselenggarakan di beberapa negara selain Indonesia, yaitu Mongolia, Vietnam, hingga Afrika. Penyelenggaraan di Indonesia dilakukan hanya di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, khususnya di Fakultas Pertanian UGM.
“Kalau di Indonesia, memang hanya di UGM dan di fakultas kita. Nantinya, di tahun ini akan ada dua kali pelaksanaan Japanese Class, yaitu pada bulan Februari-Maret dan Agustus-September,” tambah Ipik.
Japanese Class yang telah dimulai di bulan Februari ini diisi oleh tiga mahasiswa Yamagata University. Ketiga mahasiswa tersebut pun telah berkenalan dan disambut oleh Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Kerja Sama Fakultas Pertanian UGM, Prof. Subejo, S.P., M.Sc., Ph.D., pada Rabu, 28 Februari 2024 di Ruang Dekanat. Subejo menuturkan harapannya agar para mahasiswa Yamagata University bisa mempelajari banyak hal selama ada di UGM.
“Semoga nantinya bisa belajar banyak hal, mulai dari bahasa, kultur sosial, dan kebudayaan yang ada di Yogyakarta,” tutur Subejo.
Kegiatan ini juga menjadi pendukung terwujudnya tujuan SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.
Penulis: Hanita Athasari Zain
Foto: Media Faperta UGM