Dalam rangka mendukung program pemerintah menuju swasembada pangan, Masyarakat Perlindungan Tanaman dan Hewan Indonesia (MPTHI) menyelenggarakan Pertemuan Nasional MPTHI 2025 di Auditorium Harjono Danoesastro, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (Faperta UGM). Mengusung tema “Perlindungan Tanaman Bersinergi Mendukung Tercapainya Swasembada Pangan Berkelanjutan”, kegiatan ini mempertemukan lebih dari 650 peserta yang terdiri atas akademisi, praktisi, regulator, serta pelaku industri pertanian dari seluruh Indonesia. Kegiatan ini berlangsung selama dua hari mulai dari tanggal 13 hingga 14 Juni 2025.
Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian RI, Dr. Yudi Sastro, S.P., M.P., didampingi Ketua Umum MPTHI Sutarto Alimoeso, Sekretaris Utama Badan Pangan Nasional (Bapanas) Dr. Sarwo Edhy, serta Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat dan Kerjasama Fakultas Pertanian UGM, Prof. Subejo, S.P., M.Sc., Ph.D. Acara pembukaan ditandai dengan pemotongan pita pameran teknologi pertanian dan perlindungan tanaman.
Pertemuan ini mencakup seminar, pelatihan, pameran teknologi pertanian, serta diskusi panel yang membahas tantangan dan peluang dalam perlindungan tanaman di era perubahan iklim dan degradasi lahan. Forum ini juga menjadi ruang strategis untuk menghasilkan rekomendasi kebijakan perlindungan tanaman sebagai bagian integral dari sistem pertanian nasional yang tangguh.
Dalam pidatonya, Dirjen Tanaman Pangan menekankan pentingnya perlindungan tanaman dalam upaya memperluas dan menjaga keberhasilan panen padi dan jagung. Menurutnya perlindungan merupakan pondasi penting dalam menciptakan ekosistem pertanian yang kuat dan adaptif.
Sutarto Alimoeso, Ketua Umum MPTHI, menegaskan bahwa perlindungan tanaman merupakan elemen krusial dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional. Dalam menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim, serangan organisme pengganggu tanaman (OPT), dan degradasi lahan, ia menekankan pentingnya sinergi antara ilmuwan, praktisi, regulator, dan pelaku industri. Menurutnya, perlindungan tanaman bukan hanya soal menanggulangi hama, tetapi juga menjamin produksi pertanian yang berkelanjutan, bermutu, aman, dan berdaya saing. Ia berharap melalui forum MPTHI dapat dihasilkan rekomendasi strategis untuk meningkatkan produktivitas petani, menjamin ketersediaan pangan, serta memaksimalkan potensi sumber karbohidrat lokal yang mencapai 76 komoditas.
Senada dengan itu, Sekretaris Utama Bapanas, Dr. Sarwo Edhy, menyebut bahwa upaya mencapai swasembada pangan harus disertai dengan strategi perlindungan dan efisiensi produksi. Ia juga menyoroti pentingnya edukasi publik terkait pengurangan pemborosan pangan, mengingat sekitar 30 persen makanan di Indonesia terbuang sia-sia berdasarkan data FAO (Food and Agriculture Organization) dan BPS (Badan Pusat Statistik).
Guru Besar Faperta UGM, Prof. Subejo, menilai pertemuan ini sebagai ajang penting untuk mensinergikan kebijakan dan praktik lapangan. “Forum ini sebagai ajang diskusi membahas praktek-praktek perlindungan tanaman dan hewan selama ini”, imbuhnya.
Sebagai wadah komunikasi dan advokasi, MPTHI telah berkomitmen untuk mendukung ketahanan pangan melalui riset, edukasi, dan diseminasi praktik pertanian terbaik. Kegiatan MPTHI 2025 diharapkan dapat menjadi titik balik kebangkitan peran masyarakat pelindungan tanaman di Indonesia.
Selain mendukung ketahanan pangan nasional, kegiatan ini turut berkontribusi dalam pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), antara lain SDG 1: Tanpa Kemiskinan, SDG 2: Tanpa Kelaparan, SDG 12: Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab, SDG 13: Penanganan Perubahan Iklim, dan SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.
Penulis: Agrit Kirana Bunda
Editor: Desi Utami