Komitmen terhadap konservasi lingkungan dan aksi nyata pelestarian pesisir kembali ditunjukkan oleh mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (Faperta UGM) melalui kegiatan bertajuk “Trisik Memanggil”. Kegiatan ini dilaksanakan pada Kamis, 26 Juni 2025 di kawasan Pantai Trisik, Kalurahan Banaran, Kapanewon Galur, Kabupaten Kulon Progo, dan melibatkan kolaborasi dari tiga organisasi mahasiswa: PLANTAGAMA (Mahasiswa Pecinta Alam Faperta UGM), KMIT (Keluarga Mahasiswa Ilmu Tanah), dan BEM KM (Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa) Faperta UGM.
Mengusung tema “Cegah Abrasi, Lestarikan Bumi”, kegiatan ini menjadi wujud nyata kontribusi mahasiswa dalam mendukung pelestarian lingkungan pesisir sekaligus penguatan edukasi ekologi kepada masyarakat. Trisik Memanggil dirancang untuk memberikan dampak ekologis, sosial, dan edukatif, dengan fokus utama pada pencegahan abrasi pantai, peningkatan kesadaran lingkungan, serta penguatan kolaborasi antar elemen masyarakat dan akademisi.
Rangkaian kegiatan dimulai sejak pagi hari dengan pemberangkatan peserta dari Fakultas Pertanian UGM menuju lokasi kegiatan. Acara diawali dengan pembukaan resmi yang dilanjutkan dengan seminar lingkungan bertajuk “Estuari dan Peran Mangrove”. Seminar ini menghadirkan Drs. Namastra Probosunu, M.Si., dosen Departemen Perikanan Fakultas Pertanian UGM yang memiliki keahlian di bidang ekologi akuatik dan polusi air, sebagai narasumber utama.
Dalam pemaparannya, Namastra menekankan peran strategis ekosistem mangrove dalam menjaga keberlanjutan wilayah pesisir. Mangrove berfungsi sebagai pelindung alami dari abrasi pantai, habitat penting bagi keanekaragaman hayati laut, serta penyerap karbon yang efektif dalam menghadapi perubahan iklim global
“Mangrove bukan hanya penting untuk mencegah abrasi, tetapi juga menyimpan potensi besar dalam menyerap emisi karbon dan memperkuat ketahanan ekosistem pesisir,” ujar Namastra dalam seminar tersebut.
Diskusi ini dirancang untuk memperluas wawasan peserta, khususnya terkait urgensi pelestarian wilayah pesisir sebagai bagian dari upaya adaptasi dan mitigasi terhadap dampak perubahan iklim. Setelah sesi tanya jawab interaktif, kegiatan dilanjutkan dengan penanaman mangrove jenis Sonneratia alba di area muara Sungai Progo. Jenis ini dipilih karena kemampuannya dalam mengikat sedimen dan memperkuat struktur tanah di wilayah pesisir, menjadikannya pilihan ideal dalam upaya restorasi ekosistem pantai.
Penanaman dilakukan secara kolektif oleh peserta dan masyarakat sekitar, mempertegas semangat pengabdian kepada masyarakat serta nilai kolaboratif yang menjadi dasar kegiatan. Keterlibatan warga lokal menjadi kunci dalam membangun kesadaran kolektif sekaligus memastikan kelestarian mangrove dalam jangka panjang.
“Melalui kegiatan ini, kami ingin menunjukkan bahwa mahasiswa tidak hanya belajar di kelas, tetapi juga hadir langsung untuk menyuarakan aksi nyata bagi lingkungan,” ungkap Fardan Satrya Prayogo (Akuakultur 2024), selaku ketua panitia Trisik Memanggil.
Trisik Memanggil menjadi contoh konkrit bahwa mahasiswa pertanian bukan hanya sebagai akademisi, tetapi juga sebagai agen perubahan yang mampu menginisiasi aksi berbasis sains untuk menjawab tantangan lingkungan hidup masa kini. Selain sebagai bentuk pengabdian, kegiatan ini juga memperkuat ikatan sosial antara kampus dan masyarakat. Kegiatan “Trisik Memanggil” selaras dengan komitmen Fakultas Pertanian UGM dalam mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDG 4: Pendidikan Berkualitas, SDG 13: Penanganan Perubahan Iklim, SDG 14: Ekosistem Laut, SDG 15: Ekosistem Daratan, SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.
Penulis: Jessi Fitriani
Editor: Agrit Kirana Bunda
Dokumentasi: Panitia Trisik Memanggil